Bisnis.com, JAKARTA — Perlambatan ekonomi China akan menjadi beban terhadap prospek ekonomi global 2023. Ekonom menilai, Indonesia akan turut terpengaruh oleh pergerakan kondisi ekonomi China lantaran statusnya salah satu mitra ekonomi.
Berdasarkan dokumen World Economic Outlook pada Oktober 2022, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada 2022 dan 2023.
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi China 2022 di 3,2 persen, turun dari proyeksi per Juli (3,3 persen) dan per April (4,4 persen).
IMF memang memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi China akan naik ke 4,4 persen pada 2023. Namun, angka itu direvisi dari perkiraan sebelumnya, yakni per Juli (4,6 persen) dan per April (5,1 persen).
Penyebaran Covid-19 membuat pemerintah China menerapkan pembatasan ketat (lockdown), sehingga berdampak terhadap aktivitas transportasi dan logistik, serta sangat memengaruhi perekonomian domestik. China pun menghadapi krisis properti yang belum kunjung mereda, terdapat risiko perembetan ke sektor lain dan membebani prospek ekonominya.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai bahwa kondisi China akan cukup memengaruhi Indonesia. Pengaruh itu datang baik secara tidak langsung sebagai imbas pelemahan ekonomi global, atau secara langsung karena merupakan mitra ekonomi.
Baca Juga
China merupakan salah satu negara dengan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB) global. China berkontribusi sekitar 18 persen, menjadi salah satu yang terbesar, bersanding dengan Amerika Serikat.
Yusuf menilai bahwa perlambatan ekonomi China, yang membuat prospek ekonomi global menurun, berpotensi memengaruhi kinerja ekspor negara-negara lain. Apabila negara-negara tersebut merupakan mitra dagang Indonesia, maka kinerja perdagangannya dengan Indonesia pun berpotensi mengalami pergerakan.
"Selain itu ada juga faktor sentimen di pasar keuangan, yang bisa mendorong pergerakan harga saham/obligasi, dan pada muaranya bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah," ujar Yusuf kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Perlambatan ekonomi China dapat berpengaruh langsung terhadap Indonesia karena merupakan mitra dagang utama. Yusuf menilai bahwa pelemahan ekonomi akan berdampak pada turunnya permintaan barang dan jasa China, akhirnya akan mempengaruhi permintaan barang impor dari negara mitra dagang.
"Bukan tidak mungkin permintaan terhadapa beberapa produk komoditas seperti batu bara dan minyak sawit [crude palm oil/CPO] juga akan mengalami penyesuaian," ujar Yusuf.