Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemerintah tetap waspada di tengah lonjakan inflasi yang menjadi momok banyak negara. Jokowi mengungkap kunci sukses perekonomian Indonesia masih kuat saat krisis keuangan mengintai dunia.
Lebih lanjut, Jokowi menjabarkan bahwa inflasi Tanah Air masih berada di angka 4,6 persen (year-on-year/yoy). Menurutnya, hal ini didorong karena antara otoritas pemegang fiskal dan moneter, yaitu Kementerian Keuangan dengan Bank Sentral yaitu Bank Indonesia (BI) mampu berjalannya beriringan.
“Bu Menkeu [Sri Mulyani] dan Gubernur BI [Perry Warjiyo] rukun! Sinkron. coba bandingkan dengan negara yang lain otoritas moneter dan fiskal, bank sentral naikin bunga, menkeu naikin defisit, artinya apa? Membuat uang lebih ke pasar, artinya nambah inflasi, yang satu rem inflasi, yang satu grojokin infrasi ini bedanya,” katanya di acara UOB Economic Outlook, Kamis (29/9/2022).
Jokowi menjelaskan bahwa peran BI dan Kemenkeu yang konsolidatif dalam bekerja dapat menyehatkan keuangan Negara khususnya dalam menekan laju inflasi.
Di sisi lain, Jokowi mengaku mendapatkan usulan dari berbagai pihak agar defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023 kembali dilepas ke atas 3 persen atas produk domestik bruto (PDB), seiring dengan ramalan situasi perekonomian global terus memburuk.
"Banyak yang menyarankan, kita harus untuk menumbuhkan ekonomi minta ke DPR agar fiskal kita bisa diberikan kelonggaran 3 persen PDB seperti krisis. Saya diskusi dengan Bu Menkeu, hasilnya tetap di bawah 3 persen saja, yang penting APBN harus sehat, ini kunci," tuturnya.
Baca Juga
Dia melanjutkan, agar kedepan bank sentral terus berhati-hati serta bijaksana dalam menyesuaikan kebijakan terkait antisipasi situasi tetapi juga tetap konsisten kepada pelaku industri, sebab menurutnya yang paling penting adalah bisa menjaga stabilitas.
Oleh sebab itu, Jokowi menegaskan agar pengelolaan APBN harus berhati-hati. Belanja negara yang dikeluarkan wajib berdampak besar bagi masyarakat umum.
"Bu menteri kita memiliki amunisi. Saya minta betul-betul dijaga hati-hati, bijaksana betul dalam menggunakan setiap rupiah yang kita miliki, tidak jor-joran. Dan betul-betul harus dijaga, tidak boleh hanya uang itu untuk hari ini, tahun ini, tahun depan seperti apa," pungkas Jokowi.
Diketahui ketika pandemi Covid-19, defisit APBN dilonggarkan ke atas 3 persen PDB. Kebijakan itu dibatasi selama tiga tahun, yaitu berakhir pada 2022 sehingga 2023 defisit APBN harus diturunkan kembali ke bawa 3 persen PDB.
Penyebabnya, defisit yang melebar mengartinya akan ada penambahan utang negara. Tingginya ketidakpastian global justru berisiko terhadap keuangan negara apabila ada penarikan utang besar-besaran. Antara lain beratnya beban bunga yang ditanggung pada tahun-tahun berikutnya.