Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terlemah Sejak 2020, Ekonom Sebut Fundamental RI Masih Kuat

Secara fundamental, perekonomian Indonesia saat ini masih cukup baik, sehingga stabilitas masih mampu dijaga.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah masih bergerak di atas level Rp15.200. Hingga akhir perdagangan hari ini, Kamis (29/9/2022), rupiah menguat tipis 0,03 persen atau 4 poin ke level Rp15.262 per dolar AS..

Pada Rabu (28/9/2022), rupiah ditutup melemah 0,94 persen atau 142,5 poin ke level Rp15.266 per dolar AS.

Pelemahan rupiah tersebut terjadi seiring dengan pelemahan mata uang banyak negara di dunia, termasuk negara maju maupun negara berkembang.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah telah diperkirakan pasar, terutama karena penguatan dolar AS.

Hal ini terjadi seiring dengan kenaikan suku bunga acuan the Fed yang masih tinggi dan diperkirakan akan meningkat lebih tinggi ke depan.

Piter mengatakan, secara fundamental, perekonomian Indonesia saat ini masih cukup baik, sehingga stabilitas masih mampu dijaga.

Kondisi eksternal Indonesia kata dia masih cukup kuat, utamanya ditopang oleh neraca perdagangan yang mencatatkan surplus besar hingga September 2022.

“Current account walaupun defisit tetapi membaik dibantu oleh surplus perdagangan. Pelemahan rupiah saat ini lebih dikarenakan penguatan dolar,” katanya kepada Bisnis, Kamis (29/9/2022).

Piter memperkirakan, pelemahan rupiah saat ini lebih bersifat temporer. BI pun menurutnya akan melakukan intervensi untuk menjaga rupiah tetap stabil, salah satunya melalui instrumen suku bunga kebijakan.

“BI tidak akan diam saja. BI bisa menaikkan suku bunga kembali guna menjaga rupiah, tapi saya kira BI akan melihat perkembangan sampai bulan depan,” jelasnya.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan bahwa pelemahan rupiah tidak terelakkan seiring dengan pelemahan mata uang banyak negara di dunia.

Pelemahan mata uang terjaga seiring dengan penguatan dolar AS yang dipengaruhi oleh pengetatan kebijakan moneter AS yang lebih agresif dan ke depan diperkirakan akan lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan.

Namun demikian, Dody mengatakan, dampak dari penguatan dolar AS lebih signifikan terhadap mata uang negara maju, dibandingkan dengan dampak ke mata uang negara berkembang.

Hal ini terlihat dari pelemahan yang signifikan pada poundsterling Inggris dan yen Jepang, serta mata uang negara maju lainnya, sehingga harus diintervensi oleh otoritas di negara tersebut, yang sebelumnya langkah ini sangat jarang dilakukan.

“Penguatan dolar AS terhadap mata uang emerging market termasuk Indonesia tidak setinggi penguatan dolar AS terhadap negara maju. Hal ini karena prospek ekonomi yang positif dan tekanan inflasi di emerging market tidak sebesar negara maju,” katanya.

Dody mengatakan, BI akan terus mengupayakan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah secara konsisten, yaitu melalui strategi triple intervention dan menjaga kecukupan pasokan valas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper