Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tembus Rp15.200, BI Ungkap Strategi Jaga Stabilitas Nilai Tukar

Pelemahan mata uang terjaga seiring dengan penguatan dolar AS yang dipengaruhi oleh pengetatan kebijakan moneter AS yang lebih agresif.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka menguat 33 poin ke level Rp15.233 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Kamis (29/9/2022).

Pada Rabu (28/9/2022), rupiah ditutup melemah 0,94 persen atau 142,5 poin ke level Rp15.266 per dolar AS.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan bahwa pelemahan rupiah tidak terelakkan seiring dengan pelemahan mata uang banyak negara di dunia.

Pelemahan mata uang terjaga seiring dengan penguatan dolar AS yang dipengaruhi oleh pengetatan kebijakan moneter AS yang lebih agresif dan ke depan diperkirakan akan lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan.

Namun demikian, Dody mengatakan, dampak dari penguatan dolar AS lebih signifikan terhadap mata uang negara maju, dibandingkan dengan dampak ke mata uang negara berkembang.

Hal ini terlihat dari pelemahan yang signifikan pada poundsterling Inggris dan yen Jepang, serta mata uang negara maju lainnya, sehingga harus diintervensi oleh otoritas di negara tersebut, yang sebelumnya langkah ini sangat jarang dilakukan.

“Penguatan dolar AS terhadap mata uang emerging market termasuk Indonesia tidak setinggi penguatan dolar AS terhadap negara maju. Hal ini karena prospek ekonomi yang positif dan tekanan inflasi di emerging market tidak sebesar negara maju,” kata Dody kepada Bisnis, Rabu (28/9/2022).

Dody mengatakan, BI akan terus mengupayakan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah secara konsisten, salah satunya melalui strategi triple intervention dan menjaga kecukupan valas.

Intervensi di pasar valas tersebut dilakukan baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Dody menambahkan, dari sisi eksternal, perekonomian Indonesia juga masih kuat, terutama untuk mendukung stabilitas rupiah.

Hal ini tercermin dari masih tingginya surplus neraca perdagangan Indonesia hingga September 2022, didukung oleh kinerja ekspor yang tetap kuat.

“Kinerja ekspor yang terus positif juga membantu pasokan valas di pasar domestik,” kata Dody.

Dia menambahkan, prospek yang positif dan daya tarik investasi yang masih tinggi tetap menjadikan Indonesia sebagai sasaran investasi langsung (FDI) maupun investasi surat berharga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper