Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha optimistis ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh di 2023 meski sejumlah lembaga internasional menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 dengan adanya kenaikan harga BBM, inflasi, serta pengetatan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani melihat minat investor baik investor lokal maupun investor asing dalam menanamkan modal masih cukup tinggi di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut dapat mengerek laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Masih akan terus tumbuh. Saya melihat minat orang untuk berinvestasi di Indonesia sangat tinggi, di samping dari sisi populasi, investor melihat pertumbuhan kelas menengahnya juga besar, serta Indonesia dipandang secara demokrasi semakin matang,” kata Hariyadi kepada Bisnis, Selasa (27/9/2022).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 mencapai 5,44 persen year-on-year (yoy). Sementara itu bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya tumbuh 3,72 persen.
Adanya risiko penggerusan ekonomi pada tahun depan yang dipicu oleh memuncaknya dampak dari kenaikan harga BBM, pengetatan suku bunga acuan oleh BI, serta terbatasnya ruang fiskal untuk menebalkan perlindungan sosial menjadi hal yang perlu diwaspadai.
Sejalan dengan itu, lembaga-lembaga global menurunkan prospek ekonomi Indonesia pada 2023. ADB menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 dari 5,2 persen menjadi 5 persen, OECD memperkirakan Indonesia hanya mampu tumbuh 4,8 persen, dan World Bank 5,1 persen.
Adapun, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5,3 persen.
Meski pengusaha optimis ekonomi masih akan terus tumbuh, Hariyadi memberikan catatan bagi pemerintah untuk mejaga iklim investasi serta menyelesaikan aturan turunan dari Undang-undang Cipta Kerja yang dinilai positif bagi investor.
Penyelesaian masalah online single submission (OSS) juga harus segera diselesaikan terutama masih minimnya Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).
“Karena kami menganut berbasis risiko dan dikonsolidasikan di OSS, jadi kami juga berharap ini dapat segera selesai sehingga nantinya investor itu benar-benar merasa dimudahkan di dalam proses perizinan,” ujarnya.
Pemantauan atau monitoring bagi para investor yang telah masuk juga penting dalam menjaga investasi dan mengevaluasi hal-hal yang menjadi kendala investor. Selain itu, lanjut Hariyadi, perlu adanya dorongan untuk sektor yang memerlukan intervensi dari pemerintah seperti wisata bahari dan carbon trading.
“Regulasi untuk wisata bahari seperti kapal pesiar kemudian carbon trading itu regulasinya masih terbentur, jadi semua prospek investasi baru yang sangat menarik itu harus segera dibuatkan regulasi,” ungkapnya.
Menurutnya, dengan cara itulah ekonomi Indonesia dapat bertahan dan terus tumbuh pada 2023 mendatang.