Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Besar Medco (MEDC) Memacu Transisi Energi

Medco menargetkan dapat mengurangi 20 persen pada 2025 dan 30 persen 2030 melalui pilot project CCS di aset hulu yang akan dimulai pada 2025.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.

Bisnis.com, JAKARTA - Tugas besar tengah ditopang sektor hulu minyak dan gas bumi. Sektor hulu migas tengah dipacu untuk bisa mencapai produksi minyak 1 juta barel per hari dan 12 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) gas bumi per hari pada 2030.

Selain menjaga ketahanan energi nasional, sektor hulu migas juga turut berperan besar dalam pencapaian target pemerintah dalam pengurangan emisi karbon.

Untuk diketahui, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 314–446 juta ton CO2 pada 2030 yang 38 persen di antaranya dikontribusikan dari sektor energi.

Langkah pemerintah dalam mencapai target penurunan emisi adalah melaksanakan rencana aksi mitigasi di sektor energi dengan target penurunan emisi GRK pada 2030 melalui pemanfaatan energi terbarukan dengan kontribusi 170,4 juta ton CO2, konservasi energi 96,3 juta ton CO2, pembangkit energi bersih 31,8 juta ton CO2, fuel switching 10,02 juta ton CO2, dan reklamasi pasca tambang 5,46 juta ton CO2.

Upaya dari hulu migas untuk pengurangan emisi GRK melalui pengurangan fugitive gas, menuju zero flaring dan venting, penerapan carbon capture and storage (CCS) dan carbon capture utilization and storage (CCUS).

Emisi GRK

Langkah pengurangan emisi GRK tersebut telah mulai diterapkan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) yang telah menetapkan kerangka keberlanjutan yang menjadi landasan untuk menjalankan strategi perubahan iklim dan aspirasi emisi net zero. 

Medco berkomitmen mencapai emisi nol karbon beberapa tahapan yakni scope 1 dan 2 pada 2050 dan scope 3 pada 2060, serta baru-baru ini menerbitkan target interim untuk 2025 dan 2030.

Untuk pengurangan emisi GRK, Medco menargetkan dapat mengurangi 20 persen pada 2025 dan 30 persen 2030 melalui pilot project CCS di aset hulu yang akan dimulai pada 2025, mengadopsi energi baru dan terbarukan, hydrogen, serta berkolaborasi pada rantai pasok dan nilai untuk meningkatkan efisiensi.

Sementara itu, dalam pengurangan emisi metana, Medco menargetkan untuk menekan sebesar 25 persen pada 2025 dan 37 persen pada 2030 melalui pengurangan flaring, venting, dan emisi fugutive, serta menghilangkan routine flaring pada 2030 atau lebih cepat.

Upaya pengurangan emisi GRK melalui penerapan EBT turut menjadi fokus EMDC, pada 2025 kapasitas terpasang EBT ditargetkan mencapai 26 persen dan 30 persen pada 2030 dengan memperluas portofolio EBT melalui perluasan portofolio EBT perseroan.

Senior Manager Corporate Sustanability & Risk Management Medco Energi Firman Dharmawan menjelaskan pihaknya telah mencapai 90 persen dari metrik dan target keberlanjutan lima tahun yang ditetapkan dalam penilaian materialitas 2018 dengan fokus penguatan kebijakan, tata kelola, sistem, kemampuan, dan budaya keberlanjutan.

Pada tahun ini, Firman mengatakan MEDC terus memperbaiki kinerja dan pengungkapan ESG dengan melakukan pembaruan penilaian materialitas untuk menetapkan metrik dan target keberlanjutan 2022-2027.

Selain itu, MEDC menerbitkan laporan task force on climate-related financial disclosure (TCFD) untuk pertama kalinya dan melaporkan kinerja emisi perseroan untuk tahun kedua di platform CDP (Carbon Disclosure Project).

“Kami akan tetap fokus pada peningkatan ESG dengan target yang terukur dalam Strategi Perubahan Iklim dan Transisi Energi. Strategi ini dikembangkan melalui proses multi tahun untuk membangun pemahaman internal dan infrastruktur yang diperlukan dalam mengelola risiko Perubahan Iklim,” jelasnya.

Kolaborasi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan sektor migas masih berperan penting dalam transisi energi karena bahan bakar fosil masih berperan besar dalam pemenuhan energi nasional. Untuk itu diperlukan proses transisi yang terukur dan harus mengelola sistem energi untuk disesuaikan.

Menteri ESDM optimis melalui kolaborasi internasional, industri migas dapat mengatasi semua tantangan dengan menerapkan semua teknologi yang dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca menuju NZE.

Dia juga mengundang stakeholder untuk mengeksplorasi, memproduksi dan mengembangkan sektor migas Indonesia, serta memunculkan inovasi-inovasi baru dan solusi yang akan membawa kesejahteraan bagi semua pihak.

“Pemerintah memperbaiki regulasi dan fiskal migas non konvensional yaitu kontraktor migas konvensional juga dapat mengeksploitasi sumber daya migas non konvensional di wilayah kerjanya dengan menggunakan kontrak yang sama tanpa proses tender,” kata Arifin.

Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Irtiza H. Sayyed menuturkan bahwa tantangan sektor energi Indonesia membutuhkan solusi multi-dimensi.  Percepatan transisi energi Indonesia membutuhkan upaya bersama. 

Dalam kurun waktu 10 tahun—20 tahun ke depan, industri hulu migas perlu mengembangkan dan menggali potensi migas Indonesia mengingat tingginya kebutuhan energi yang ada.

“Upaya ini akan memenuhi dua kebutuhan sekaligus yaitu meningkatkan penerimaan negara dan memenuhi kebutuhan energi untuk pertumbuhan Indonesia,” ungkapnya.

Direktur Reksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro berpendapat upaya peningkatan produksi migas dapat berjalan beriringan dengan upaya pengurangan emisi GRK.

Penerapan praktik-praktik ramah lingkungan di sektor hulu migas dinilai dapat menekan emisi GRK yang dihasilkan di tengah peningkatan produksi yang tengah dikejar.

“Iya seharusnya memang [sejalan], kemudian kalau menghasilkan emisi 10 alangkah baiknya penyerapannya 10 jadi minimal tidak menambah emisi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper