Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangkas Proyeksi Kinerja, Saham FedEx Anjlok 16 Persen

FedEx memperkirakan penurunan kinerja di Asia dan tantangan di Eropa berpotensi menekan kinerja secara global.
Pekerja FedEx melakukan bongkar muat barang di New York/ Bloomberg - Michael Nagle
Pekerja FedEx melakukan bongkar muat barang di New York/ Bloomberg - Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Saham FedEx Corp anjlok pada perdagangan Kamis (15/9/2022) setelah memangkas proyeksi kinerja terakhirm, di bawah proyeksi analis.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (16/9/2022), saham FedEx merosot 16 persen di bursa New York pada pukul 18.34 waktu setempat. Pelemahan saham FedEx juga turut menyeret indeks saham utama AS pada perdagangan after-hours.

Perusahaan pengiriman paket memperkirakan penurunan kinerja di Asia dan tantangan di Eropa berpotensi menekan kinerja secara global. FedEx juga merilis proyeksi kinerja kuartal terakhir yang jauh di bawah ekspektasi analis Wall Street.

Laba per saham FedEx pada kuartal fiskal fiskal diproyeksikan turun menjadi US$3,44 per saham, jauh di bawah perkiraan rata-rata analis sebesar US$5,10. FedEx juga memperkirakan pendapatan mencapai US$23,2 miliar pada kuartal yang berakhir 31 Agustus.

Pihak FedEx menyadari kondisi ini dapat memburuk lebih lanjut dalam periode saat ini. Meski demikian, FedEx tinggal tinggal diam, perusahaan akan segera mengambil langkah untuk memangkas biaya, termasuk memberhentikan sebagian pesawat operasional, memangkas jam kerja, dan tutup lebih awal di 90 lokasi kantor FedEx.

Chief Executive Officer FedEx Raj Subramaniam mengungkapkan volume global menurun karena tren ekonomi makro memburuk secara signifikan di akhir kuartal. Hal tersebut berpengaruh secara internasional maupun di Amerika Serikat (AS).

"Kami dengan cepat mengatasi hambatan ini, tetapi mengingat kecepatan perubahan kondisi, hasil kuartal pertama di bawah ekspektasi kami." tuturnya.

Meskipun data ekonomi AS beragam, dengan data ketenagakerjaan dan manufaktur yang tertahan, perusahaan di seluruh industri mulai memproyeksikan gambaran ekonomi yang lebih suram.

Kondisi di Asia dan Eropa juga tampaknya membebani AS, di mana konsumen mengalihkan pengeluaran ke perjalanan dan konser dan menjauh dari belanja online.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper