Bisnis.com, JAKARTA - Holding Perkebunan Nusantara (PTPN) akan melakukan beberapa inisiatif dalam rangka program strategis nasional, salah satunya hilirisasi industri kelapa sawit melalui pembangunan satu unit pabrik minyak goreng.
Pembangunan pabrik minyak goreng PTPN akan dilakukan melalui kerja sama kemitraan pada periode 2025-2026.
“Diproyeksikan produksi minyak goreng PTPN Group akan meningkat sampai dengan 1,8 juta ton pada tahun 2026,” kata Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani dalam keterangan tertulis, Selasa (13/9/2022).
Inisiatif kedua yang akan dilakukan adalah PTPN Group juga akan merevitalisasi industri gula nasional melalui perluasan lahan tebu dan pembangunan 3 unit pabrik gula.
Ghani mengungkapkan melalui revitalisasi tersebut, diperkirakan produksi gula PTPN Group akan meningkat dari 768.000 ton pada tahun 2021 menjadi sebanyak 2,1 juta ton pada tahun 2026.
Ketiga, akselerasi pengembangan energi baru terbarukan melalui pembangunan Bio-CNG dan pabrik Biodiesel. Pembangunan satu unit Bio-CNG ini, dilaksanakan melalui kerja sama dengan mitra strategis sehingga kapasitas produksi total Bio-CNG akan meningkat sampai 1,3 juta mmBTU pada akhir tahun 2026.
“Diharapkan PTPN Group akan mulai memproduksi FAME sebesar 443.000 ton pada tahun 2025,” ujarnya.
Selain itu, Ghani mengungkapkan bahwa pihaknya bersiap untuk merealisasikan rencana Kementerian BUMN untuk merampingkan jumlah usaha Holding Perkebunan Nusantara (PTPN) dari 13 perusahaan menjadi hanya empat perusahaan.
Dia mengatakan, saat ini Holding Perkebunan tengah melakukan transformasi menyeluruh di tubuh PTPN Group sehingga perampingan diharapkan segera terealisasi. Perusahaan juga sudah melakukan kajian dan sosialisasi kepada para stakeholders, termasuk kepada seluruh karyawan PTPN Group.
"Sehingga, ketika restrukturiasi diimplementasikan, semua yang terlibat benar-benar sudah siap. Prosesnya masih berlangsung dan akan terus kita akselerasikan,” ujarnya.
Ghani menjelaskan salah satu transformasi yang dilakukan perusahaan tertuang dalam rencana revitalisasi industri gula nasional dan hilirisasi industri kelapa sawit melalui integrasi PTPN Group dalam rangka peningkatan produksi gula konsumsi dan minyak goreng di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Hal itu dilakukan sebagai inisiatif Holding Perkebunan Nusantara terhadap program strategis nasional.
Integrasi PTPN Group itu, lanjut Ghani, diperlukan untuk mempercepat implementasi program transformasi. Oleh sebab itu, pihaknya melakukan streamlining 13 anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara menjadi 3 sub-holding, yakni PalmCo, SugarCo dan SupportingCo.
Melalui transformasi tersebut, nantinya seluruh bisnis yang tadinya dikelola oleh masing-masing anak usaha, akan dipegang oleh 3 sub-holding tadi. Secara rinci, pembentukan sub-holding PalmCo ditargetkan rampung pada akhir 2022.
Nantinya, PalmCo akan menjadi perusahaan kelapa sawit terbesar dan menjadi pemain utama industri sawit dunia, dengan target produksi sebanyak 1,8 juta ton per tahun pada 2026.
“Sub-holding ini menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas perkebunan, serta kapasitas produksi komoditas olahan sawit, termasuk hasil panen tandan buah segar (TBS), serta kapasitas produksi crude palm oil (CPO), minyak nabati, dan minyak goreng,” jelas Abdul Ghani.
Hal yang sama juga akan dilakukan di PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau sub holding SugarCo. Nantinya, 36 pabrik gula yang sebelumnya dikelola masing-masing anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara, akan dipegang perusahaan tersebut.
Perusahaan SugarCo bertugas mengembangkan, mengoperasionalkan dan mengoptimalkan aset perseroan untuk mewujudkan swasembada gula konsumsi atau gula kristal putih (GKP) nasional.
Sementara untuk sub holding supporting company, akan mengurus bisnis yang tidak dikelola PalmCo dan SugarCo guna meningkatkan finansial dari bisnis lain, serta inkubasi bisnis-bisnis baru seperti properti dan green bisnis. Nantinya, areal kelapa sawit dan karet di SupportingCo, akan ditransfer secara bertahap ke PalmCo.
“Pengalihan aset bergantung pada realisasi rencana penciptaan nilai, tata waktu indikatif, berdasarkan profitabilitas," ujarnya.
Dengan pembentukan ketiga sub-holding tersebut, maka holding perkebunan ke depannya hanya terdiri dari PTPN III sebagai induk holding, serta Palm Company, Sugar Company, dan Supporting Company.
Menurutnya, manajemen PTPN Group akan mengonsolidasikan seluruh aset, baik berupa lahan, sumber daya manusia, pabrik, mesin, dan kemitraan dengan petani.
“Langkah konsolidasi ini, bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas portofolio permodalan dan keuangan perseroan. Manajemen PTPN Group menargetkan konsolidasi ini selesai pada akhir 2022,” ungkapnya.