Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antam (ANTM) Jelaskan Posisi di Konsorsium Proyek Baterai Listrik

Proses negosiasi partisipasi saham Antam (ANTM) di proyek hilirisasi nikel untuk industri baterai listrik masih alot.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam (ANTM) Nico Kanter menuturkan proses negosiasi untuk partisipasi saham di sisi midstream hingga hilir rantai pasok pengembangan industri baterai kendaraan listrik bersama konsorsium PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd (CBL) dan LG Energy Solution (LG) masih alot.

Kendati demikian, Nico memastikan, ANTM bakal tetap memegang saham mayoritas pada sisi hulu pasokan bahan baku baterai kendaraan listrik dari industri yang tengah dikembangkan di dalam negeri tersebut.

Nico mengatakan perseroan tengah mendorong valuasi sumber daya alam atau resources yang belum diperhitungkan sebagai aset lantaran kedua konsorsium hanya mengakui cadangan atau reserved terbukti nikel yang tersedia pada tambang milik Antam di Halmahera Timur, Maluku Utara tersebut.

“Dalam negosiasi pun masih dalam perdebatan karena mereka melihat dari international standard yang hanya melihat reserved saja, tapi kami mau resources yang belum di-convert juga jadi reserved yang harus dihitung,” kata Nico saat saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (12/9/2022).

Selain menahan kepemilikan mayoritas pada sisi hulu, Nico mengatakan, perseroan juga ingin menggunakan valuasi anyar dengan menghitung potensi sumber daya alam keseluruhan itu untuk modal yang dapat dialokasikan untuk pengerjaan di sisi midstream dan hilir ke depan.

Dia mengatakan perseroan tengah menggandeng sejumlah konsultan dan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) untuk mencari skema atau metode penghitungan potensi keseluruhan sumber daya yang dapat digunakan sebagai penyertaan modal.

“Itu semua akan kita hitung dengan seksama karena hasil dari hitungan ini akan jadi modal kita menaruhnya baik di RKEF atau di HPAL ini masih dalam proses,” jelasnya.

Saat ini, Antam berhasil mengamankan komposisi saham mayoritas pada sisi hulu industri baterai kendaraan listrik yang dikerjakan bersama dengan konsorsium CBL dan LG. Antam memegang 51 persen kepemilikan saham di sisi hulu, sedangkan konsorsium LG dan CBL masing-masing memegang 49 persen untuk dua proyek hilirisasi nikel tersebut.

Hanya saja, kepemilikan saham Antam makin menciut ketika masuk pada sisi midstream hingga hilir pada rantai pasok industri baterai kendaraan listrik tersebut. Komposisi awal saat penandatangan kerja sama, perusahaan pelat merah tersebut bersama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) memegang 40 persen kepemilikan saham untuk pengerjaan di smelter hingga hilir.

Adapun, sisanya, kepemilikan saham dimiliki oleh LG dan CBL masing-masing 60 persen. Porsi kepemilikan saham untuk Antam bersama dengan IBC secara bertahap menciut ketika produk memasuki pengolahan di bagian hilir.

“Kira kira seperti itu, turun terus sampai ke prekursor sampai ke baterai nanti persentase [kepemilikan] akan makin kecil,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, IBC yang merupakan anak perusahaan dari MIND ID, PLN, Pertamina, dan Antam, mengumumkan telah melakukan penandatanganan framework agreement bersama-sama Antam dan CBL untuk inisiatif proyek baterai kendaraan listrik (EV battery) terintegrasi.

Antam dan IBC juga menandatangani perjanjian serupa dengan LG Energy Solution. Perkiraan total nilai investasi dari kedua mitra ini mencapai sebesar Us$15 Miliar atau setara dengan Rp215 Triliun.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyambut baik penandatanganan framework agreement ini.

“Ini merupakan langkah penting bagi Indonesia untuk menjadi salah satu pemain industri baterai terbesar di dunia,” kata Luhut pada pertengahan April lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper