Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapasitas Smelter Nikel CNI Group

Smelter nikel CNI Group sendiri diperkirakan membutuhkan investasi US$2,31 miliar yang dilakukan dalam beberapa tahap. 
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace pada  salah satau smelter di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace pada salah satau smelter di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Kapasitas Smelter Nikel CNI Group

Kedua bersaudara ini telah mendapatkan komitmen dari sindikasi Bank Mandiri (BMRI) untuk melakukan pembiayaan pembangunan smelter di Sulawesi Tenggara. Smelter nikel CNI Group sendiri diperkirakan membutuhkan investasi US$2,31 miliar dengan kucuran dalam beberapa tahap. 

Adapun smelter yang dikembangkan oleh CNI Group ini, ketika selesai akan memiliki kapasitas total sekitar 100.000 ton nickel dan lebih dari 4.000 ton cobalt setiap tahunnya. Rinciannya 252.000 ton output dari rectangular RKEF dalam bentuk ferronickel dengan kandungan 22 persen nikel di dalamnya. 

Selanjutnya dari pengolahan HPAL akan menghasilkan output 103.000 ton dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 40.000 ton nikel dan lebih dari 4,000 ton kobalt. 

Produk feronikel ini dapat diolah lebih Lanjut untuk memproduksi Stainless Steel dan produk turunannya (consuming needs). Adapun nickel matte dan nickel sulfide dapat digunakan untuk memproduksi bahan baku baterai. 

Pembangunan smelter Laterit Rectangular RKEF dan HPAL CNI Group melibatkan ENFI, BUMN China sebagai desainer engineering dan juga BUMN Indonesia yang memiliki reputasi global di bidang teknologi pengolahan bijih nikel, sebagai kontraktor EPC, yaitu PT PP (Persero) Tbk., (PTPP). 

Sementara untuk pasokan tenaga listrik smelter, saat ini telah terbangun gardu induk PLN di Wolo yang sudah energized memasok daya listrik sebesar 350 MW, dan selanjutnya akan dilakukan ekspansi tambahan kapasitas sebesar 350 MW sehingga totalnya menjadi 700 MW. 

Pada April 2022 lalu, CNI Group telah mendapatkan pembiayaan sindikasi dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank BJB (BJBR) dan Bank Sulselbar. Entitas CNI Group yang menerima kucuran kredit ini adalah PT Ceria Metalindo Prima (CMP) berupa term loan sebesar US$277,69 juta atau sekitar Rp 3,98 triliun. 

PT CMP merupakan anak usaha PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Grup. Kredit sindikasi ini disalurkan untuk membangun proyek smelter pengolahan bijih nikel laterit rotary kiln electric furnace (RKEF) yang terdiri dari sebuah pabrik rotary kiln electric furnace (RKEF1) dan infrastruktur pendukung operasional RKEF1 di Lapao Pao, Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan tenor hingga 9 tahun. 

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam keterangan tertulisnya saat penandatanganan kredit sindikasi menyebutkan kerjasama ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan nilai tambah bagi industri di dalam negeri, serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. 

"Penandatanganan perjanjian kredit sindikasi hari ini terasa sangat spesial, karena menjadi tonggak sejarah bukan hanya bagi CNI Group, namun juga bagi Bank Mandiri," kata Darmawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper