Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Krisis Pangan dan Energi Global, Pebisnis E-Commerce Masih Optimistis

Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) masih optimistis sektor ini bisa tumbuh lebih besar di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Annasa Rizki Kamalina
Annasa Rizki Kamalina - Bisnis.com 03 Agustus 2022  |  15:44 WIB
Krisis Pangan dan Energi Global, Pebisnis E-Commerce Masih Optimistis
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu situs belanja daring di Jakarta, Rabu (15/6/2022). Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan berencana menarik bea meterai Rp10 ribu untuk pelanggan platform digital termasuk belanja online di e-commerce, untuk transaksi pembelian di atas Rp5 juta rupiah. ANTARA FOTO - Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menyebutkan dengan kondisi krisis pangan dan energi global saat ini, sektor perdagangan daring atau e-commerce belum merasakan dampak secara langsung.

Adanya krisis global yang hadir bersama isu geopolitik menyebabkan terganggunya rantai pasok dan ditunjukkan dengan berbagai kenaikan harga pangan dan energi dunia.

Ketua Umum idEA Bima Laga menyampaikan bahwa hingga saat ini meski diterpa krisis pangan dan energi global, tidak terjadi penurunan daya beli yang mengancam pertumbuhan e-commerce.

“Untuk daya beli, sampai saat ini, kami belum merasakan,” ujarnya dalam diskusi Mid Year Economic Outlook Bisnis Indonesia secara virtual, Rabu (3/8/2022).

Mengacu pada data Bank Indonesia, perdagangan melalui e-commerce diprediksi terus tumbuh setidaknya 30 persen secara year-on-year (yoy).

E-commerce, menurut Bima, justru mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan transaksi di tengah pandemi dan krisis, yang terus tumbuh dari tahun ke tahun. Data Temasek pada 2021 mencatat nilai transaksi digital tumbuh sebesar US$53 miliar atau setara dengan Rp742 triliun (kurs Rp14.000).

Kondisi pandemi Covid-19 yang memaksa masyarakat untuk mengurangi kegiatan luar ruang justru mendorong daya beli terutama produk bahan makanan atau groceries.

Kehadiran kampanye hari belanja online nasional atau Harbolnas mendorong daya beli masyarakat yang dibuktikan dengan total transaksi meningkat mencapai 56 persen (yoy) pada 2021 atau sebesar Rp18,1 triliun.

“Kalau dalam 3 tahun ke depan diprediksi e-commerce masih mendominasi di 2025, dari peran yang hanya US$53, di 2025 mencapai US$104 miliar atau mencapai hampir Rp1.400 triliun,” ungkap Bima.

Dia juga berharap bahwa sektor e-commerce dapat menyumbang lebih banyak pendapatan negara yang sebelumnya hanya 5 persen dari total PDB, menjadi 10 persen pada 2025.

Sebagai informasi, idEA menjadi asosiasi yang menaungi perusahaan e-commerce, seperti BliBli, Blanja, OLX, dan Tokopedia. Beberapa perusahaan jasa logistik dan pembayaran perbankan juga terhimpun di idEA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

e-commerce krisis pangan Krisis Energi Inflasi Resesi belanja online
Editor : Amanda Kusumawardhani

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top