Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian global yang tinggi, terutama dengan melonjaknya harga komoditas pangan dan energi masih menjadi tantangan bagi perekonomian di dalam negeri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan di satu sisi Indonesia diuntungkan dari kenaikan harga komoditas global sehingga menambah pendapatan negara.
“Harga batu bara, minyak, nikel, gas, CPO, dan tembaga sempat naik walaupun sekarang sudah turun semua. Namun, dari nilai ekspor Januari—Juni batu bara hampir naik 2 kali lipat, sekitar US$24 miliar dibandingkan tahun lalu US$12 miliar,” katanya dalam Webinar Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Selasa (2/8/2022).
Di sisi lain, sebagaimana diketahui lonjakan harga komoditas secara global diikuti oleh kenaikan inflasi, tercermin dari beberapa negara yang inflasinya tercatat meningkat tinggi kata Airlangga, seperti Brasil yang hampir mencapai 12 persen, Eropa 9,5 persen, Amerika Serikat (AS) 9 persen, dan Singapura 5,61 persen.
Akibat dari lonjakan inflasi tersebut, sejumlah negara pun mulai melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan. Dampak dari kebijakan bank sentral global, terutama negara maju, menjadi perhatian utama pemerintah ke depan.
Dalam hal ini, Airlangga menyampaikan bahwa keuangan negara atau APBN masih berperan penting dalam menjaga perekonomian. Sementara itu, beban pembiayaan pada APBN dikhawatirkan meningkat akibat kenaikan cost of fund sebagai dampak dari kenaikan suku bunga acuan.
“Untuk menerbitkan bond atau sukuk, pembiayaan akan menjadi meningkat, ini yang harus kita jaga,” jelasnya.
Lebih lanjut, APBN kata Airlangga mendapatkan kompensasi dari kenaikan harga komoditas untuk meningkatkan subsidi dan belanja bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Langkah yang penting ke depan, stabilisasi harga, yaitu menjaga komoditas pangan dengan belanja tidak terduga dan jaring pengaman sosial, dan menambah pasokan komoditas pangan,” tutur Airlangga.