Bisnis.com, JAKARTA — Investasi proyek pembangunan 53 smelter untuk program hilirisasi hasil tambang domestik dalam kurun waktu 2021 sampai 2024 telah mencapai US$21,5 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter untuk program hilirisasi hasil tambang domestik telah sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah.
Airlangga beralasan dari 34 perencanaan pembangunan smelter anyar selama 2021 hingga 2024 sebagian besar sudah memasuki tahap pembangunan dengan rentang kemajuan proyek 30 persen hingga 90 persen.
Harapannya, smelter baru itu dapat beroperasi efektif pada 2 tahun mendatang. Sementara itu terdapat 19 smelter untuk komoditas nikel, bauksit, besi, tembaga, mangan hingga Zinc yang telah beroperasi saat ini.
“Pemerintah terus mendorong baik nikel, bauksit dan copper, ada 53 proyek smelter di mana sebagian besar sudah berada dalam 30 hingga 90 persen [pengerjaan],” kata Airlangga dalam acara Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Selasa (2/8/2022).
Berdasarkan catatan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, total investasi untuk pengerjaan 53 smelter itu menyentuh angka US$21,5 miliardalam kurun waktu 2021 sampai 2024.
Baca Juga
Di sisi lain, Airlangga mengatakan, pemerintah juga belakangan tengah mendorong pembangunan tiga pabrik gasifikasi untuk program hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter atau DME.
“Kemudian peningkatan kapasitas industri termasuk upgrading coal, kemudian pendirian pabrik batu bara baik di Sumatera dan Kalimantan,” kata dia.
Sebelumnya, pelaku usaha yang bergerak di bidang pengolahan bauksit belakangan mengaku kesulitan untuk menambah kapasitas produksi mereka lantaran pendanaan yang macet dari perbankan.
Konsekuensinya, rencana pemerintah untuk menyetop ekspor bauksit bersih atau washed bauxite (WBx) pada Juni 2023 ditenggarai bakal terkendala dari sisi serapan industri hilir di dalam negeri.
Deputy Finance and Accounting Department Head PT Well Harvest Winning Alumina Refinery Hidayat Sugiarto menuturkan sejumlah perusahaan yang ingin terjun pada proses pemurnian bauksit belakangan mengurungkan niat mereka lantaran perbankan enggan memberi kredit usaha untuk pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) dengan nilai investasi bisa mencapai US$1,3 miliar untuk kapasitas pemurnian 2 juta ton ore.
“Pabrik kami kebetulan sudah jalan ya namun ada beberapa kawan yang mau bikin pabrik seperti kami sekarang ditanya dari perbankan pembangkit mereka dari mana, kalau pakai coal fire tidak bisa dibiayai itu yang jadi masalah, bank-bank luar dan himbara,” kata Hidayat melalui sambungan telepon, Rabu (22/6/2022).