Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semester II/2022, BI Diramal Naikkan Suku Bunga Acuan hingga 75 bps

Ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan hingga 75 bps atau maksimal 4,25 persen di semester II/2022.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) hingga 75 bps atau maksimal 4,25 persen di semester II/2022.

"Kami memperkirakan Bl akan menaikkan BI-7DRRR hingga 75 bps (maksimal 4,25 persen) di semester II/2022," kata Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Faisal Rachman melalui keterangan tertulisnya, Kamis (21/7/2022).

Sebagaimana diketahui, BI memutuskan untuk mempertahankan BI-7DRRR sebesar 3,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20-21 Juli 2022.

Keputusan ini sejalan dengan perkiraan inflasi inti yang masih terkendali di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

Faisal berharap era pelonggaran moneter BI akan berakhir tahun ini. Dia menuturkan, tekanan eksternal masih tinggi dalam beberapa hari terakhir.

Hal tersebut dapat dilihat dari harga konsumen AS yang melonjak sebesar 9,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), level tertinggi dalam selama 40 tahun, yang didorong oleh harga bensin yang melonjak.

Rekor tertinggi ini, kata Faisal diproyeksi bakal mendorong The Fed untuk menaikkan FFR lebih agresif dalam pertemuan FOMC berikutnya pada akhir Juli mendatang.

Asal tahu saja, sekitar 17 bank sentral telah menaikkan kebijakan suku bunga mereka di tengah kekhawatiran lonjakan inflasi. Bank sentral yang dimaksud antara lain Malaysia (25 bps menjadi 2,25 persen), Filipina (75 bps menjadi 3,25 persen), Korea Selatan (50 bps menjadi 2,25 persen), Selandia Baru (50 bps menjadi 2,50 persen), Australia (50 bps menjadi 1,35 persen), dan Kanada (100 bps menjadi 2,50 persen). Situasi tersebut telah memicu ketakutan akan resesi atau stagflasi global.

Dari sisi domestik, inflasi headline tercatat sebesar 4,35 persen yoy pada Juni 2022. Angka tersebut sudah berada di atas kisaran sasaran inflasi BI sebesar 2 hingga 4 persen, meskipun inflasi inti masih relatif rendah yaitu sebesar 2,63 persen yoy.

Kendati demikian, Faisal memperkirakan bahwa inflasi headline dan inti akan terus meningkat di semester II/2022.

"Ini mempersempit ruang bagi BI untuk mempertahankan BI-7DRRR pada level terendah saat ini di 3,50 persen. Secara keseluruhan, kami memperkirakan Bl akan menaikkan BI-7DRRR hingga 75 bps (maksimal 4,25 persen) di semester II/2022" pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper