Bisnis.com, JAKARTA – Induk dari PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW), yakni QNB Group mencatatkan laba bersih sebelum dampak hiperinflasi mencapai QAR7,8 miliar atau US$2,1 miliar per Juni 2022, naik 15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun setelah dampak hiperinflasi, institusi finansial terbesar di wilayah Timur Tengah dan Afrika (MEA) itu menyampaikan laba bersih yang diraih mengalami kenaikan sebesar 4 persen secara tahunan menjadi QAR7,0 miliar atau senilai US$1,9 miliar.
Pertumbuhan juga terjadi pada total aset yang dimiliki adalah mencapai QAR1.124 miliar (US$309 miliar). Aset yang dimiliki induk Bank QNB Indonesia itu tumbuh 6 persen secara tahunan.
Manajemen menjelaskan pertumbuhan aset QNB Group utamanya didorong oleh pertumbuhan pada pinjaman sebesar 3 persen atau mencapai QAR766 miliar (US$210 miliar). Sementara itu, Simpanan nasabah yang terdiversifikasi mendorong pertumbuhan simpanan sebesar 4 persen mencapai QAR795 miliar (US$218 miliar) dari posisi 30 Juni 2021.
“Dalam periode ini, wilayah operasional QNB Group di Turki mengalami penyesuaian pembukuan akibat hiperinflasi, sesuai Internal Financial Reporting Standard dan Grup melaporkan net monetary loss pada laporan pendapatan sebesar QAR744 juta atau senilai US$204 juta. Penyesuaian pembukuan ini bersifat netral terhadap total ekuitas Grup,” jelas Head of Corporate Communication QNB Indonesia Teresa A. Gunadi dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (12/7/2022).
Sementara itu, total ekuitas meningkat 5 persen secara tahunan mencapai QAR103 miliar (US$28 miliar). Senada, pendapatan operasional juga mengalami pertumbuhan sebesar 20 persen mencapai QAR16,3 miliar (US$4,5 miliar). Manajemen mengungkapkan pertumbuhan ini menunjukkan kesuksesan Grup dalam menjaga pertumbuhan di sejumlah segmen pendapatan.
Baca Juga
“Upaya Grup terkait efisiensi operasional terus membuahkan hasil berupa penghematan biaya dan peningkatan sumber pendapatan yang memungkinkan QNB Group untuk memperkuat rasio efisiensi [cost to income] dari 20,2 persen menjadi 22,9 persen. Rasio ini merupakan salah satu yang terbaik di antara institusi finansial besar di wilayah MEA,” jelasnya.
Selain itu, manajemen menyampaikan kemampuan pengelolaan aset dan kewajiban QNB mendorong posisi rasio loan to deposit mencapai 96,4 persen pada 30 Juni 2022.
Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) terhadap pinjaman gross berada di posisi 2,4 persen. Manajemen menyebut rasio ini merupakan salah satu yang terendah di antara institusi finansial di wilayah MEA.
“Hal ini menunjukkan tingginya kualitas dari portofolio pinjaman Grup serta manajemen risiko kredit yang efektif,” ungkapnya.
Kemudian, QNB Group mengalokasikan dana sebesar QAR3,9 miliar (US$1,1 miliar) sebagai bentuk kehati-hatian terhadap potensi kerugian pinjaman. Hal ini membantu Grup untuk meningkatkan coverage ratio menjadi 123 persen, yang mencerminkan pendekatan secara hati-hati yang dilakukan oleh Grup dalam menghadapi kredit bermasalah.
Adapun, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) pada 30 Juni 2022 mencapai 18,9 persen, lebih tinggi dari ketentuan minimum regulator dari Qatar Central Bank and Basel Committee.