Bisnis.com, JAKARTA – Pedagang hewan kurban mengaku terpaksa menurunkan harga hewan kurban menjelang hari raya Iduladha 1443 H/2022 M.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro melihat ternyata animo masyarakat untuk membeli hewan kurban tahun ini mengalami penurunan. Sebelumnya, dia optimistis permintaan hewan kurban akan naik di tahun ini setelah adanya pembatasan pada momen kurban tahun lalu.
“Dalam perkembangannya ternyata animo masyarakat untuk berkurban tahun ini mengalami penurunan, sehingga banyak sapi di lapak belum habis terjual, yang pada akhirnya pedagang terpaksa harus menurunkan harga jualnya,” ujar Nanang, Jumat (8/7/2022).
Sebelumnya, harga hewan kurban mengalami kenaikan akibat adanya wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK yang membuat pasokan hewan kurban terbatas dari sentra hewan.
Nanang menyampaikan ada kenaikan harga sekitar 10 persen dibandingkan pada tahun lalu. Sebagai gambaran pada tahun lalu sekitar Rp62.000 – Rp63.000 per kilogram daging, sementara saat ini per kilogramnya dipatok Rp72.000/kg.
Nanang menyampaikan ukuran sapi yang diminati untuk kurban dengan berat rata-rata 300 kilogram. Bila mengalikan dengan harga per kilogram, setidaknya tahun ini harga sapi kurban tersebut sebesar Rp21.600.000 per ekor. Sementara tahun lalu harga sapi kurban hanya sekitar Rp18.600.000 per ekornya.
Baca Juga
Namun di hari-hari mendekati Iduladha, nyatanya lapak pedagang sepi peminat. Nanang dan anggotanya pun terpaksa menurunkan harga hewan kurban rata-rata sekitar Rp1 juta per ekornya.
“Sekitar Rp1 juta per ekor, yang dari Rp25 juta ke Rp24 juta/ekor,” lanjutnya.
Hadirnya PMK berdampak pada lalu lintas ternak yang terhambat. Berdasarkan data dari siagapmk.id per 8 Juli 2022 pukul 17.00 WIB, tiga provinsi paling terdampak yakni Jawa Timur (134.996 kasus), Nusa Tenggara Barat (49.879 kasus), dan Jawa Tengah (38.533 kasus).