Bisnis.com, JAKARTA - PT Ciputra Development Tbk. menyatakan penjualan rumah tapak masih menjadi kontributor paling besar terhadap penjualan perseroan sepanjang tahun ini.
Direktur Ciputra Development Harun Hajadi mengatakan tren penjualan apartemen pada tahun ini masih belum terbilang bagus kendati sudah terlihat ada pergerakan ke arah yang positif. Kondisi oversupply dan penyerapan yang sedikit membuat pelemahan penjualan apartemen masih berlanjut.
Untuk itu, Harun mengatakan emiten berkode saham CTRA tersebut masih belum memiliki rencana untuk meluncurkan produk apartemen baru tahun ini.
"Kita tidak dan belum meluncurkan apartment tahun ini," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (7/7/2022).
Harun mengatakan pihaknya masih akan bertumpu pada penjualan rumah tapak pada tahun ini. Portofolio bisnis yang tersebar membuat penjualan dari segmen tersebut masih dapat diandalkan.
Untuk tahun ini, CTRA menargetkan marketing sales dapat tumbuh sekitar 10,8 persen menjadi Rp8,2 triliun dari capaian marketing sales Rp7,4 triliun pada 2021 atau melompat 34,54 persen dari realisasi prapenjualan 2020 sebesar Rp5,49 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021 yang telah diaudit, kinerja emiten berkode CTRA ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp9,72 triliun naik 20,55 persen dibandingkan dengan 2020 yang mencapai Rp8,07 triliun. Berdasarkan segmennya, kontribusi terbesar datang dari penjualan bersih kaveling, rumah hunian dan ruko yang sebesar Rp5,62 triliun naik dari tahun sebelumnya Rp5,05 triliun
Selanjutnya, kontribusi dari penjualan apartemen sebesar Rp1,34 triliun dari Rp1,08 triliun, sedangkan kontribusi penjualan bersih perkantoran naik menjadi Rp1,06 triliun dari Rp455,94 miliar.
Adapun, pendapatan usaha terbesar datang dari segmen rumah sakit yang naik menjadi Rp671,09 miliar dari Rp455,47 miliar tahun sebelumnya. Pendapatan dari pusat niaga turun menjadi Rp425,86 miliar, pendapatan hotel naik menjadi Rp265,69 miliar, sewa kantor naik menjadi Rp217,07 miliar, lapangan golf naik menjadi Rp36,95 miliar, dan pendapatan lain-lain sebesar Rp78,62 miliar.
"Kita CTRA kan terbesar sales kita dari rumah tapak, dari Medan sampai ke Kendari. Semua segmen harus diperhatikan karena di setiap kota berbeda," ungkapnya.
Berdasarkan data konsultan properti Colliers Indonesia, jumlah pasokan apartemen dalam tiga tahun terakhir tidak terjadi penambahan secara agresif yakni hanya sekitar 2.000--4.400 unit per tahunnya.
Pada 2019, jumlah pasokan apartemen meningkat 9.769 unit, namun pada 2020 hanya meningkat 2.698 unit, 2021 meningkat 4.325 unit, dan tahun ini diproyeksikan meningkat 4.423 unit.
Sementara itu, dari sisi permintaan apartemen pada 2019 tercatat pada kisaran 5.000 unit dan mengalami penurunan pada 2020 menjadi sekitar 2.000 unit, dan turun sekitar 1.000 pada 2021.
Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto memaparkan jauh sebelumnya pandemi Covid-19, tren permintaan apartemen di Jakarta mengalami penurunan. Permintaan tertinggi untuk apartemen strata terakhir kali terjadi pada 2015 yang setelahnya terus mengalami penurunan.
Dia menuturkan, terjadinya tren tersebut diperparah oleh adanya pandemi Covid-19 yang terjadi secara global sehingga semakin menekan permintaan apartemen.
"Ini karena confidence-nya turun dari penjualannya, secara keseluruhan penjualan apartemen selalu turun dari sebelum pandemi," ungkapnya.