Bisnis.com, JAKARTA - Rancangan terkait dengan larangan impor emas dari Rusia oleh kelompok G7 dianggap hanya sebagai simbol semata lantaran aliran perdagangan komoditas sudah dilakukan restriksi dari sanksi.
Dilansir Bloomberg pada Senin (27/6/2022), analis memandang larangan tersebut hanya akan berdampak kecil. Apalagi, penentu standar pasar komoditas di Inggris, London Bullion Market Association telah menghapus penyulingan emas Rusia dari daftar terakreditasi pada Maret.
"Dampak dari larangan impor emas Rusia oleh negara-negara G7 kemungkinan akan cukup terbatas, mengingat industri telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi emas Rusia. Sepertinya sebagian besar hanya simbolis," kata Kepala Strategi Komoditas ING Groep NV Warren Patterson.
Seperti diketahui, Amerika, Inggris, dan Kanada telah merencanakan larangan impor emas dalam KTT G7 pada Minggu di Jerman.
Sebelumnya, Inggris telah mengatakan langkah ini akan menjangkau secara global dan sebagai upaya untuk menutup produksi emas Rusia mencapai pasar internasional formal.
Sanksi dari negara Barat kepada Rusia setelah invasinya ke Ukraina telah menutup akses penambang emas batangan terbesar kedua di dunia terhadap pasar emas.
Baca Juga
Komitmen dari G7 akan menandai pemutusan total antara Rusia dan dua pusat perdagangan teratas dunia, London dan New York.
Analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar mengatakan dalam sebuah catatan bahwa larangan ini hanya akan memberlakukan formal dari apa yang sudah diatur dalam sanksi.
Dia memperkirakan komitmen G7 tidak akan lalu mendorong harga emas lebih tinggi lagi secara material.
Larangan itu tidak mungkin berdampak nyata pada harga, dengan masalah makro benar-benar mendorong sentimen saat ini, kata Daniel Hynes, ahli strategi komoditas di Australia & Selandia Baru Banking Group Ltd.
"Pada kenyataannya, ini hanyalah stempel dari kebijakan tidak resmi yang sudah ada dan tidak mungkin mengubah prospek emas secara berarti," kata analis pasar senior Oanda Corp., Jeffrey Halley dalam sebuah catatan.
Harga spot emas naik 0,5 persen menjadi US$1.835,99 per ons pada pukul 6.20 pagi di London pada Senin.