Bisnis.com, JAKARTA – Pedagang pasar melihat adanya plus dan minus dari pencabutan subsidi minyak goreng yang sebelumnya berasal dari dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan setidaknya ada harapan positif dari kebijakan tersebut. Dia berharap dengan pencabutan subsidi, minyak goreng dapat membanjiri pasar di seluruh Indonesia.
Sama halnya ketika harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng kemasan dicabut, seketika merek dan jumlah minyak goreng mulai memenuhi pasar meski harganya sudah tak terbendung.
“Kami coba lihat ini harga masih Rp17.000 hingga Rp18.000 per liter walaupun sudah dicabut, belum jalan sehari, tapi kita lihat kedepannya gimana, kalau barangnya ini beredar melimpah, ini plusnya,” ujar Reynaldi, Rabu (1/6/2022).
Terkait dengan pemerataan, Reynaldi yakin distribusi minyak goreng harus merata agar harganya kompetitif di pasaran. Sejauh ini harga di pasar pun jauh dari HET dan mengikuti mekanismenya sendiri.
Kekurangannya, kata Reynaldi, harga masih terpantau tinggi dan belum dapat sesuai keinginan pemerintah. Kalaupun mau, poin utamanya adalah distribusi di seluruh pasar di Indonesia, bukan hanya Jabodetabek yang saat ini sudah mulai baik distribusinya.
Baca Juga
Contohnya pasar khusus sembako, yakni Pasar Induk dan Pasar Cipinang di Jakarta Timur yang pasokannya paling lancar dan rutin sejauh ini.
“Pasar kelas A dan B saja yang relatif lebih lancar distribusinya, yang C dan D ini masih harus digenjot supaya 153 pasar yang ada di DKI ini bisa terdistribusi merata minyak goreng yang terjangkau,” kata Reynaldi.
Normalnya dalam satu minggu di setiap pasar mendapatkan 4 tanki dengan muatan 12.000 liter. Sementara itu Ikappi menyampaikan kebutuhan pasar per dua hari rata-rata 7-8 ton minyak goreng.