Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor CPO Dilarang, Komoditas Perkebunan Lain Bisa Jadi Andalan?

Kebijakan larangan ekspor CPO berisiko menggerus kinerja ekspor Indonesia apabila tidak ada komoditas perkebunan lain yang bisa jadi andalan.
Pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di salah satu tempat pengepul kelapa sawit di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022). Antara/Makna Zaezar
Pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di salah satu tempat pengepul kelapa sawit di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022). Antara/Makna Zaezar

Bisnis.com, JAKARTA - Komoditas perkebunan lain dinilai masih sulit untuk menggantikan sawit sebagai andalan komoditi ekspor saat ini. Karena itu, kebijakan pelarangan ekspor sawit mentah (crude palm oil/CPO) berisiko menggerus kinerja ekspor komoditas Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor minyak sawit mentah (CPO) berkontribusi sebesar Rp112,82 triliun bagi perekonomian Indonesia sepanjang kuartal I/2022.

Direktur Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Muhammad Faisal mengatakan sejatinya Indonesia mempunyai komoditas perkebunan lain selain sawit yang potensial.

Sebut saja karet, kopi, kakau dan kopra. Namun, kata dia, saat ini produktivitasnya amat rendah. “Alokasi pendanaan, terutama APBN sehingga perhatian pada komoditas pada selain sawit itu rendah. Jadi itu membuat, dari sisi produktivitas di luar sawit jadi rendah,” ujar Faisal, Kamis (12/5/2022).

Kopi misalnya, berdasarkan catatan Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (Aeki) tahun ini ekspor kopi Indonesia dari bulan ke mengalami kelesuan. Pada Januari ekspor Indonesia mencapai 19.332 ton, menurun pada Februari menjadi 15.892 ton, pada Maret 14.844 ton, dan April 13.195 ton.

Pun, menilik data Badan Pusat Statistik, ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah dalam kode HS 09 pada periode Januari-Desember 2021 menurun 7,09 persen dari segi volume menjadi 570.540 ton dari tahun sebelumnya 614.140 ton.

Ketua Aeki Moelyono Soesilo mengatakan, saat ini produktivitas kopi Indonesia berkisar 10-12 juta karung per tahun atau mencapai 774.600 ton. Menurut dia, dengan produktivitas seperti itu, peluang ekspor Indonesia masih stagnan.

“Pemerintah sendiri ingin menggalakkan ekspor kopi, tapi kita pengusaha nanya kopinya dari mana. Pemerintah gembar-gembor ekspor tapi tidak diurusi petani. Misalnya pupuk tidak disediakan, karena pupuk hanya untuk pertanian pangan. Ini jadi kendala. Kita disuruh gemuk, tapi gak dikasih makan,” ujar Moelyono, Kamis (12/5/2022).

Sementara itu, Faisal mengatakan komoditas-komoditas selain sawit memang kurang diberi insentif dan justru terbebani oleh pajak yang diterapkan pemerintah seperti pajak pertambahan nilai (PPN) yang kini 11 persen.

“Akhirnya agak susah, dalam waktu dekat untuk mendorong ekspor menggantikan sawit. Mungkin kopi yang memungkinkan untuk bisa jadi andalan di luar sawit. Namun, kurangnya perhatian dan insentif, serta kebijakan seperti pajak pada perkebunan itu menjadi kendalanya,” ungkapnya.

Tidak hanya kopi, komoditas perkebunan unggulan Indonesia seperti karet juga melempem. Nilai ekspor karet dan barang dari karet Sumatera Utara pada kuartal I 2022 turun 15,45 persen dibandingkan periode sama 2021, meski di Maret, devisa golongan barang itu sudah mulai meningkat.

"Nilai ekspor karet Sumut pada kuartal I/2022 masih 358,768 juta dolar AS atau turun 15, 45 persen dari periode sama 2021,"ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nurul Hasanudin di Medan, Selasa (10/5/2022) dilansir Antara. Pada kuartal I/2021, nilai ekspor karet dan barang dari karet Sumut sudah sebesar 424,321 juta dolar AS.

Kaji Ulang Larangan Ekspor CPO

Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan pemerintah harus mengkaji ulang terkait eskpor pelarangan CPO yang diberlakukan 28 April kemarin. Pasalnya, kontribusi sawit terhadap neraca perdagangan Indonesia cukup tinggi, yakni rata-rata US$3 miliar per bulan sepanjang 2021.

Kata dia rata-rata ekspor CPO sekitar 12 juta ton per tahun atau 1 juta ton per bulan.

“Saat ini, dengan pelarangan ekspor banyak petani sawit makin jenuh karena mereka tidak terinsentif,” tuturnya.

Menurut Heri, jika masih terjadi kelangkaan sawit, sebaiknya pemerintah segera melakukan operasi pasar dengan segera melibatkan Bulog.

“Sama kayak beras ketika mahal, ada operasi pasar. Kemudian akhirnya stabil. Ini penting dampaknya ke masyarakat,” ucapnya, Jumat (13/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper