Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah penumpang pesawat domestik maupun internasional meningkat cukup dratis pada kuartal I/2022 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kendati demikian, masih terdapat beberapa faktor yang akan menjadi penghambat pemulihan sektor penerbangan ke depannya.
Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Alvin Lie mengatakan bahwa belum ada kepastian terkait dengan keberlanjutan tren peningkatan di kuartal II/2022. Meskipun terdapat geliat pada sektor penerbangan pada saat mudik Lebaran yang jatuh pada kuartal II/2022.
Alvin menjelaskan daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya serta kenaikan harga avtur bisa menghambat tren pemulihan ke depan. Apalagi, belum ada kepastian sampai kapan kondisi eksternal seperti ekonomi global dan ketegangan geopolitik akan berlangsung.
"Daya beli masyarakat belum kembali dan kondisi ekonomi masih belum stabil dan masih lemah. Ditambah, harga avtur masih terus naik dan akan mendorong harga tiket naik terus," kata Alvin, Selasa (10/5/2022).
Menurut Alvin, saat ini pihak maskapai masih sangat berhati-hati. Hal tersebut, terlihat saat pelaksanaan mudik dan balik Lebaran di mana hampir tidak ada penerbangan tambahan atau extra flight. Alvin mengatakan maskapai masih berhati-hati dalam mengoperasikan pesawat yang diistirahatkan dan mengaktifkan kembali pilot-pilot yang sempat dirumahkan, ketika awal pandemi Covid-19.
"Mengaktifkan pesawat-pesawat dan pilot-pilot yang selama ini dirumahkan akan menjadi beban biaya tetap, sementara belum ada tanda-tanda kenaikan ini akan berlanjut atau turun lagi," ujarnya.
Di sisi lain, Alvin menilai peningkatan jumlah penumpang maupun pergerakan pesawat pada awal 2022 pun belum sepenuhnya kembali ke level normal atau prapandemi. Hal yang sama juga berlaku pada pergerakan penumpang dan pesawat pada saat pelaksanaan mudik Lebaran.
Alvin mencatat pergerakan pesawat pada puncak arus balik yakni 7-9 Mei 2022 baru mencapai 3.900 pergerakan setiap harinya, atau baru 74 persen dari kondisi normal prapandemi.
Di samping itu, dari 3.900 pergerakan penerbangan setiap harinya, 94 persen di antaranya atau 3.700 pergerakan didominasi hanya penerbangan domestik saja. Jumlah penerbangan domestik itu pun masih belum kembali ke level normal prapandemi.
"Pergerakan internasional hanya 217 sampai 220 pergerakan setiap harinya, dan baru sekitar 31 persen dari kondisi pandemi," tuturnya.
Ke depan, meski belum ada kepastian adanya tren peningkatan, Alvin memprediksi sektor penerbangan akan ditopang oleh segmen pasar angkutan berbiaya rendah atau low-cost carrier (LCC). Contohnya, dia memprakirakan maskapai baru Pelita Air yang masuk ke segmen pelayanan menengah akan berkembang pesat ke depannya.
Kondisi potensial tersebut, lanjut Alvin, menandakan bahwa tren penggunaan moda penerbangan masih dititikberatkan pada efisiensi biaya ketimbang kualitas pelayanan.
"Para pengguna jasa tidak terlalu menuntut pelayanan yang mewah, menunjukkan daya beli maish rendah. Bepergian pun jika betul-betul dibutuhkan," ungkapnya.