Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stop Ekspor CPO Akan Tekan Perekonomian? Core: Indonesia Punya Banyak Potensi

Perekonomian Indonesia pada kuartal II/2022 akan mengalami tantangan lebih besar jika pemerintah tidak behasil menemukan solusi pengganti atas penghentian ekspor CPO dan turunannya.
Ilustrasi aktivitas bisnis angkutan barang Pelni. /Dok. Pelni
Ilustrasi aktivitas bisnis angkutan barang Pelni. /Dok. Pelni

Bisnis.com, JAKARTA - Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menilai pemerintah harus mulai menggenjot ekspor produk perkebunan lain selain minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk menghentikan ketergantungan. Indonesia dinilai mempunyai produk perkebunan potensial lain seperti kopi, karet hingga kopra.

Direktur Eksekutif Core Indonesia Muhamad Faisal mengatakan selain perkebunan, Indonesia juga memiliki potensi ekspor di perikanan dan manufaktur yang bernilai tambah tinggi. Dengan kondisi hari ini sumbangsih CPO yang tinggi terhadap neraca dagang, kebijakan pelarangan ekspor minyak sawit mentah dan turunannya itu akan berdampak pada kinerja perdagangan internasional Indonesia pada kuartal II.

“Potensi perikanan sebetulnya banyak. Juga manufaktur yang juga indeks PMI-nya sudah di atas 50. Sebab, kalau kita hanya bergantung pada CPO, batu bara, jika di global turun harga pasti ekspornya turun lagi,” ujar Faisal kepada Bisnis, Senin (9/5/2022).

Berdasar survei Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01 persen (yoy). Pendukung pertumbuhannya disumbang 2,72 persen dari ekspor komoditi Indonesia yang mengalami lonjakan harga di pasar global seperti minyak sawit, batu bara, nikel, timah dan tembaga.

Jika dibandingkan kuartal IV/2021, harga komoditas batu bara pada kuartal I/2022 meningkat sebesar 40,24 persen (quarter-to-quarter/qtq). Selain itu, ada minyak sawit mentah atau CPO pertumbuhannya naik dibanding triwulan sebelumnya (qtq) naik 18,44 persen, bahkan jika dibanding pada triwulan 2021 (year on year/yoy), CPO harganya naik 52,74 persen.

“Namun ini yang perlu diwaspadai kenaikan faktor eksternal ini. Kita kan tidak mungkin selalu mengandalkan faktor luck ini, karena tidak tahu ke depannya seperti apa. Jadi yang mesti difokuskan adalah faktor domestik,” katanya.

Menurut Faisal, konsumsi rumah tangga masih di bawah sebelum pandemi peningkatannya, yakni 2,35 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

“Sebab konsumsi kita masih belum sebelum pandemi di angkat 5 persenan, kenaikan sekarang kan hanya 4 sekian persen. Untungnya ada faktor global, kalau tidak ada, [pertumbuhan ekonomi] gak sampai 5 persen,” kata dia.

Untuk kuartal II, prediksi Faisal pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan di bawah 5 persen. Hal tersebut lantaran dipengaruhi oleh beberapa kebijakan yang dinilainya kurang mendukung daya beli masyarakat.

“Ini kan dipengaruhi kenaikan harga Pertamax, elpiji, listrik juga, ditambah pajak-pajak lama seperti PPN, cukai, dan ada pajak baru seperti karbon. Income ini tidak sejalan [mendorong perekonomian]. Ini akan mengganggu peningkatan konsumsi rumah tangga,” ungkapnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia melonjak signifikan sebesar 16,22 persen dimana menjadi salah satu penyumbangn utama membawa pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan peningkatan ekspor terjadi akibat lonjakan harga komoditas global sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina. “Perkembangan harga [komoditas] di tingkat global ini memberikan windfall bagi ekspor Indonesia,” kata BPS Margo Yuwono dalam siaran pers virtual, Senin (9/5/2022).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Indra Gunawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper