Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kompak! Bank Sentral Global Ambil Tindakan Pengetatan

Bank sentral di Australia, Islandia, India, Brasil, Inggris, Republik Ceko, Polandia dan Chili mulai menyusun strategi pengetatan guna menghadang pertumbuhan inflasi.
Warga melintas di depan gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Rabu (31/7/2019). Bloomberg/Andrew Harrer
Warga melintas di depan gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Rabu (31/7/2019). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral di berbagai belahan dunia telah bersiap untuk pengetatan kebijakan mengikuti kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve sebesar 50 basis poin pada pekan lalu.

Dilansir Bloomberg pada Sabtu (7/5/2022), bank sentral di Australia, Islandia, India, Brasil, Inggris, Republik Ceko, Polandia dan Chili mulai menyusun strategi pengetatan guna menghadang pertumbuhan inflasi.

Reserve Bank of Australia (RBA) mengatakan perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut karena tingkat pengangguran diprediksi akan menurun ke level terendah sejak 1974.

Hal itu mendorong pertumbuhan upah dan memacu pertumbuhan harga konsumen.

Menurut pernyataan RBA pada Jumat, inflasi utama dan inflasi inti terlihat di atas target sebesar 2 - 3 persen pada tahun ini dan berikutnya sebelum turun menjadi 2,9 persen pada akhir periode proyeksi pada Juni 2024.

"Biaya tenaga kerja yang naik sebagai respons dari ketatnya pasar tenaga kerja diprediksi menjadi pendorong utama inflasi dalam periode perkiraan," kata RBA.

Perusahaan saat ini melaporkan mereka harus membayar upah lebih tinggi dan memperkirakan adanya peningkatan upah dalam beberapa tahun ke depan.

Bank sentral menaikkan suku bunga lebih besar dari perkiraan sebesar 25 basis poin pada Selasa setelah Gubernur Philip Lowe berubah menjadi lebih hawkish, tepat sebelum keputusan The Fed.

Sementara itu, India telah menaikkan suku bunga acuan secara mengejutkan pada Rabu lalu. Hal ini menyebabkan pasar obligasi dan saham tersungkur.

Per Maret, tingkat inflasi ritel naik ke level tertinggi dalam 17 bulan terakhir menjadi 6,95 persen.

Gubernur Reserve Bank of India (RBI) Shaktikanta Das memperingatkan adanya risiko harga tetap tinggi dalam waktu yang sangat panjang dan perkiraan menjadi tidak pasti.

“Inflasi harus dijinakkan untuk menjaga ekonomi India tetap teguh pada jalurnya menuju pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif,” kata Das.

RBI menaikkan tingkat pembelian kembali menjadi 4,40 persen, dari rekor terendah 4 persen selama 2 tahun terakhir untuk mendukung perekonomian.

Hal ini juga diikuti dengan kenaikan rasio cadangan wajib sebesar 50 basis poin menjadi 4,5 persen. Dengan demikian, uang yang terkuras akan mencapai 870 miliar rupee US$11,4 miliar.

"Ada kemungkinan kenaikan 25 - 35 basis poin pada suku bunga kebijakan pada tahun fiskal 2023. Bagaimanapun, waktunya akan bergantung pada data," ungkap Kepala Ekonom India Ratings and Research Pvt. Devendra Pant.

Menurutnya, harga komoditas tidak mungkin turun setidaknya sampai perang antara Ukraina dan Rusia berakhir.

Pada hari kemerdekaan Bank of England ke-25, bank sentral Inggris ini diprediksi mengerek suku bunga acuannya menjadi 1 persen, yang tertinggi sejak krisis keuangan.

Gubernur BOE Andrew Bailey memberi sinyal resesi dan inflasi yang meningkat. Output akan jatuh mendekati 1 persen pada kuartal terakhir tahun ini. Pada 2023, PDB tahunan diperkirakan akan menyusut sebesar 0,25 persen.

Hal itu menjadi tantangan terbesar sejak Kementerian Keuangan Inggris memberikan wewenang kepada BOE untuk menetapkan suku bunga pada 1997.

Bailey tengah berjuang untuk meredam inflasi yang diprediksi mencapai level tertinggi hingga 10,2 persen pada Oktober. Rumah tangga juga harus menderita akibat kenaikan biaya hidup terparah sejak 1964.

"Stagflasi menjadi salah satu ketakutan para pejabat bank sentral dan Inggris terlihat semakin terjerat, lebih daripada banyak negara maju lainnya," kata Manajer Portofolio Janus Henderson Investors Oliver Blackbourn.

Adapun salah satu Dewan Gubernur European Central Bank (ECB) Robert Holzmann mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga dua sampai tiga kali secara bertahap pada tahun ini menjadi langkah yang tepat untuk mengatasi inflasi.

Kenaikan itu kemungkinan masing-masing 25 basis poin dan memperkuat sinyal bahwa kenaikan di atas nol pada tahun depan.

Sementara itu, bank sentral di kawasan Eropa lainnya seperti Polandia dan Republik Ceko juga menunjukkan tanda-tanda pengetatan kebijakan moneternya.

Bank sentral Polandia kemungkinan akan menaikkan suku bunga menjadi 5,5 persen. Sementara itu, Ceko akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,5 persen.

Jika ini terealisasi, maka keputusan itu menjadi yang pertama dalam 2 tahun terakhir bagi kedua negara di Eropa timur ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper