Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi investasi pada kuartal I/2022 diperkirakan tumbuh positif jika dibandingkan dengan realisasi investasi di periode yang sama tahun lalu.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan, secara tahunan (year-on-year/yoy) kinerja investasi di kuartal I/2022 bisa tumbuh di kisaran 3 hingga 5 persen. Artinya, jika diambil nilai tengahnya, pertumbuhannya mungkin berada di sekitar 4 persen.
"Jika diukur dari total realisasi investasi di tahun lalu dan asumsi pertumbuhan 4 persen realisasi investasi secara nominal bisa mencapai di kisaran Rp228 triliun," kata Yusuf kepada Bisnis, Selasa (26/4/2022).
Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendukung dan menghambat realisasi investasi di kuartal pertama tahun ini.
Dari faktor penghambat, Yusuf melihat ada tiga faktor yang menjadi penghambat realisasi investasi di kuartal I/2022.
Pertama, realisasi belanja pemerintah, terutama dari belanja modal relatif lebih rendah, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Di saat yang bersamaan, ada juga proyeksi pengetatan kebijakan moneter. Bahkan, The Fed sendiri sudah melakukan proyeksi pengetatan moneter. Ketiga, naiknya harga-harga komoditas energi.
"Saya kira ketiga faktor ini menjadi semacam faktor penghambat terutama untuk pelaku usaha melakukan investasi dan ini yang menurut saya dari sisi penghambat akan memengaruhi kinerja realisasi investasi di kuartal I/2022," jelasnya.
Kendati demikian, disaat yang bersamaan, ada faktor-faktor pendukung realisasi investasi di kuartal pertama tahun ini.
Salah satunya pelonggaran mobilitas yang dilakukan pemerintah, seiring dengan kasus pandemi yang relatif terkendali meskipun kasusnya sempat naik pada Februari-Maret lalu.
Selain itu, pemerintah masih mendorong masifnya pembangunan infrastruktur, terutama kawasan industri yang didorong untuk bisa beroperasi tahun ini.
Ekspansi di dunia usaha juga relatif membaik jika dibanding dengan tahun lalu.
"Salah satu indikatornya kita lihat dari PMI yang sepanjang 3 bulan pertama di kuartal I/2022 itu berada angkanya di atas 50-an. Artinya dia memang berada di level ekspansif," ujarnya.
Melihat faktor pendorong realisasi investasi lebih banyak dibandingkan dengan faktor penghambat, menurut Yusuf ini dapat menjadi semacam acuan bahwa di kuartal I/2022 realisasi investasi berpotensi tumbuh lebih baik jika dibanding pertumbuhan realisasi investasi di kuartal I tahun lalu.
Senada dengan Yusuf, Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Faisal Rachman juga memperkirakan realisasi investasi di kuartal I/2022 membaik, bila dibanding kuartal I/2021.
Dia menjelaskan, pada periode tersebut, pertumbuhan ekonomi masih tercatat kontraksi kecil akibat kenaikan kasus Covid-19 yang memberikan ketidakpastian. Namun di tahun ini, meskipun masih di tengah pandemi Covid-19, tingkat vaksinasi di Indonesia sudah tinggi sehingga ekonomi lebih cepat pulih.
Selain itu, menurut dia, naiknya harga-harga komoditas juga akan menarik investasi ke Indonesia.
"Jadi 2 faktor itu, yakni percepatan pemulihan ekonomi [vaksinasi dan pelonggaran PPKM] dan harga komoditas akan menjadi daya tarik yang cukup baik bagi investasi di Indonesia pada kuartal I/2022," katanya kepada Bisnis, Selasa (26/4/2022).
Baca Juga
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia optimistis target investasi tahun 2022 sebesar Rp1.200 triliun akan bisa tercapai, meskipun ada pergolakan perang Rusia-Ukraina.
"Untuk tahun ini, kami masih tetap optimis untuk mencapai target Rp1.200 triliun karena Rusia dan Ukraina bukan negara tujuan investasi di Indonesia yang masuk 10 besar," tegasnya, Senin (25/4/2022).