Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Sebut Volume Impor Awal Tahun Ini Rendah, Kok Bisa?

Volume impor pada semester pertama tahun ini relatif rendah akibat kenaikan harga sebagian besar barang kebutuhan pokok yang menggerus daya beli masyarakat.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) memperkirakan volume impor pada semester pertama tahun ini relatif rendah yang disebabkan karena kenaikan harga sebagian besar barang kebutuhan pokok yang menggerus daya beli masyarakat.

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) GINSI Subandi mengatakan daya beli masyarakat yang terkoreksi itu bakal ikut memengaruhi tingkat permintaan domestik yang berkaitan dengan kegiatan impor.

“Volume impor awal tahun ini karena adanya penundaan impor di akhir 2021 dan baru direalisasikan di awal 2022. Selain itu juga daya beli masyarakat mengalami penurunan akibat kebijakan pemerintah menaikan komoditas strategis seperti bahan bakar minyak [BBM], minyak goreng dan juga pajak pertambahan nilai [PPN],” kata Subandi melalui pesan WhatsApp, Kamis (14/4/2022).

Di sisi lain, Subandi mengatakan importir belum mengalami kendala yang serius ihwal proses pembelian barang dari negara mitra di tengah krisis Rusia-Ukraina dan lockdown China akibat merebaknya kasus Covid-19 di negara itu.

“Belum ada laporan terkait dengan kendala yang dihadapi termasuk dari China dan beberapa negara Asia. Kalaupun ada komoditas impor dari Rusia dan Ukraina yang agak terganggu di luar minyak dan gas hanya produk kimia dan pupuk,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia diproyeksi masih akan mencatatkan surplus yang tinggi pada Maret 2022. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mencatat surplus sebesar US$2,89 miliar pada Maret 2022.

“Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia,” katanya, Rabu (13/4/2022).

Faisal memperkirakan, kinerja ekspor pada Maret 2022 akan tetap solid dengan pertumbuhan sebesar 26,33 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Secara bulanan, kinerja ekspor Indonesia diproyeksi tumbuh sebesar 13,31 persen (month-to-month/mtm). Kinerja ekspor kata dia sebagian besar didorong oleh lonjakan harga batu bara dan CPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper