Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Semakin Berat, Ini 7 Tantangan Ekonomi yang Akan Dihadapi Kalangan Milenial

Tidak hanya dihadapkan pada disrupsi teknologi, milenial saat ini harus menghadapi tantangan krisis pandemi Covid-19 dan disrupsi perubahan iklim.
Rektor Institut Pertanian Bogor Arif Satria dalam acara Pekan Milenial Naik Kelas 2022 yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Selasa (5/4/2022)./Bisnis
Rektor Institut Pertanian Bogor Arif Satria dalam acara Pekan Milenial Naik Kelas 2022 yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Selasa (5/4/2022)./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan generasi milenial dinilai akan menghadapi tantangan ekonomi yang lebih berat.

Pasalnya, tidak hanya dihadapkan pada disrupsi teknologi, milenial saat ini harus menghadapi tantangan krisis pandemi Covid-19 dan disrupsi perubahan iklim.

Rektor Institut Pertanian Bogor Arif Satria mengatakan, ada tujuh sektor ekonomi yang perlu didorong oleh milenial ke depan untuk bisa menghadapi tantangan tersebut.

Pertama, argomaritim kata dia akan menjadi fokus pembangunan berkelanjutan karena sektor ini terus tumbuh di krisis apapun, baik di krisis moneter 1998, krisis keuangan global pada 2009, dan krisis pandemi Covid-19 saat ini.

Oleh karena itu sektor ini dinilai lebih tahan banting pada saat terjadi krisis dibandingkan sektor lainnya.

“Di Indonesia sama, mayoritas PDRB di seluruh provinsi masih didominasi sektor ini, namun sektor ini butuh pendekatan baru, oleh karena itu tugas milenial untuk menemukan pendekatan baru itu,” katanya dalam acara Pekan Milenial Naik Kelas 2022 yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Selasa (5/4/2022).

Kedua, Arif mengatakan desa akan menjadi pusat pertumbuhan baru, yang berbasiskan keunggulan lokal.

Ketiga, ekonomi digital ke depan akan meningkatkan efisiensi dan akses sumber daya.

Keempat, ekonomi moral atau gift economy menurutnya akan menjadi pondasi ketangguhan sosial ekonomi. Selanjutnya, sektor kelima, yaitu ekonomi hijau/biru yang diproyeksi akan meningkatkan nilai tambah dan produksi berkelanjutan.

Keenam, perilaku sehat dan hijau untuk mendukung konsumsi yang berkelanjutan. Ketujuh, inovasi, yaitu sebagai penggerak techno-sociopreneurship. Inovasi kata Arif sangat penting karena berkorelasi dengan PDB/kapita suatu negara.

“Global Innovation Index berkorelasi dengan GDP, Jika ingin menjadi negara besar, tidak ada cara lain selain inovasi,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper