Bisnis.com, JAKARTA - Industri pengolahan susu menagih kepastian bahan baku untuk melakukan ekspansi kapasitas produksi.
Direktur Urusan Korporat PT Frisian Flag Indonesia Andrew Ferryawan Saputro mengatakan tahun ini saja pihaknya akan menambah fasilitas produksi di Cikarang. Otomatis kebutuhan bahan baku susu akan meningkat. Jika tak diiringi dengan pengembangan sumber bahan baku, industri akan semakin tergantung pada importasi.
"Kami Frisian Flag, Nestle, dan Indolacto, tetap investasi di Indonesia. Itu juga harus diiringi dengan kepastian bahan baku," kata Andrew di Jakarta, Selasa (5/4/2022).
Kementerian Perindustrian mencatat kebutuhan bahan baku susu sepanjang tahun lalu mencapai 4,1 juta ton setara susu segar. Dari jumlah tersebut, hanya 0,86 juta ton yang bisa dipasok dari dalam negeri. Adapun sisanya sebesar 3,3 ton masih harus didatangkan dari impor.
Pasokan susu segar dalam negeri dalam lima tahun terakhir hanya tumbuh 0,9 persen per tahun. Sedangkan kebutuhan industri tumbuh rata-rata 6 persen per tahun.
Adapun, sebagian besar produksi susu segar terpusat di Pulau Jawa, terutama Jawa Timur sebesar 534.151,5 ton atau 56 persen dari total produksi. Adapun di Jawa Barat, volume produksinya sebesar 293.490,3 ton atau 31 persen, dan Jawa Tengah sebesar 99.924,7 ton atau 11 persen.
Dengan keterlibatan pemerintah dalam upaya pembinaan dan kemitraan antara korporasi dan peternak, investasi di industri ini bisa tetap stabil pertumbuhannya. Sepanjang tahun lalu, Penanaman Modal Asing (PMA) di industri makanan melonjak 46,79 persen menjadi US$2,33 miliar.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) mencatat industri pengolahan susu menjadi kontributor terbesar pertumbuhan investasi tersebut.
"Ujungnya adalah bagaimana kami bermitra, supaya dari hulu hingga hilir akan aman. Ujungnya investasi kami di Indonesia bisa terus naik," ujarnya.