Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Mainan Lokal Membaik, Impor Masih Sulit

Kondisi seretnya pasokan mainan impor sebenarnya dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha domestik untuk memperbesar pangsa pasar. Pasalnya, mainan impor mengisi 70 persen pasar dalam negeri.
Toko-toko Kidz Station akan menampilkan berbagai mainan FAO Schwarz. /MAP Aktif
Toko-toko Kidz Station akan menampilkan berbagai mainan FAO Schwarz. /MAP Aktif

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi mainan menjadi salah satu sekoci penyelamat pengusaha sepeda di tengah kelesuan pasar kereta angin. Pasarnya, pemulihan produksi dan pasar sepeda sudah mencapai 75 persen pada tahun lalu dibandingkan dengan sebelum pandemi.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan Indonesia (APSMI) Eko Wibowo mengatakan pasar mainan sempat anjlok menjadi 40 persen dari situasi normal pada 2020. Di awal tahun ini, produksi dan penjualan cenderung melandai mengikuti siklus pasar yang biasanya akan kembali semarak usai Lebaran dan liburan sekolah.

"Mainan terus terang masih lebih baik dari sepeda, awal tahun ini sedikit slow down. Namun ini siklusnya mainan, Desember turun, lebaran naik lagi, dan liburan sekolah naik tinggi," katanya kepada Bisnis, Selasa (15/3/2022).

Di sisi lain, kondisi mainan impor masih tertekan regulasi dan persyaratan perizinan. Pengambilan contoh produk untuk perizinan dan standardisasi harus dilakukan oleh WNI yang berangkat langsung ke negara eksportir seperti China. Sedangkan pengurusan visa cenderung lama dan sulit disetujui.

Imbas dari kondisi tersebut, lanjut Eko, banyak bermunculan mainan impor ilegal hasil selundupan.

Dia juga mengatakan kondisi seretnya pasokan mainan impor sebenarnya dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha domestik untuk memperbesar pangsa pasar. Pasalnya, mainan impor mengisi 70 persen pasar dalam negeri.

Sayangnya, kebanyakan pelaku usaha dalam negeri tidak memproduksi mainan musiman yang hampir semuanya didatangkan dari impor.

"Pasar lokal hanya bisa memproduksi basic toys, bukan barang seasonal, yang memang sebulan dua bulan ganti. Tidak mungkin [produsen] lokal bisa mengikuti kecepatan perubahan itu," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper