Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina ke APBN

Harga minyak dunia dan komoditas yang melambung akibat perang Rusia vs Ukraina nyatanya dapat memengaruhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia.
Ilustrasi - Krisis saat ini telah mendorong naiknya harga minyak dunia menjadi di atas US$100 per barrel.
Ilustrasi - Krisis saat ini telah mendorong naiknya harga minyak dunia menjadi di atas US$100 per barrel.
Bisnis.com, JAKARTA - Perang antara Rusia dan Ukraina sudah memasuki hari ke-21. Siapa sangka, harga minyak dunia dan komoditas yang melambung akibat konflik kedua negara nyatanya dapat memengaruhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eisha M Rachbini menyampaikan, asumsi makro yang ditetapkan pada APBN 2022 terutama harga minyak adalah US$63 per barel. Namun, krisis saat ini telah mendorong naiknya harga minyak dunia menjadi di atas US$100 per barrel.

"Kenaikan harga minyak, akan berdampak pada pos anggaran negara, baik di sisi pendapatan dan pengeluaran," kata Eisha dalam webinar 'Mengantisipasi Ancaman Terhadap Ekonomi Nasional di Balik Krisis Ukraina-Rusia', Rabu (16/3/2022).

Indonesia merupakan net importir minyak mentah. Berdasarkan data SKK Migas, produksi minyak mentah di Indonesia mencapai 700.000 barel per hari (bph). Sementara, konsumsinya 1,4 juta bph hingga 1,5 juta bph. Sehingga, defisit minyak 500.000 barel mengandalkan impor.

Kemudian, dari sisi pengeluaran, akan memberikan tekanan pada APBN 2022. Dengan target defisit APBN 4,85 persen, alokasi anggaran untuk subsidi energi sekitar Rp134,02 triliun, yang terdiri dari subsidi jenis BBM tertentu dan LPG 3 kg sebesar Rp77,54 triliun dan subsidi listrik Rp56,47 miliar.

Kenaikan harga minyak mentah US$1 per barel, kata Eisha, menaikkan anggaran subsidi LPG sekitar Rp1,47 triliun, subsidi minyak tanah Rp49 miliar, dan beban kompensasi BBM kepada pertamina Rp2,65 triliun.

"Setiap kenaikan ICP sebesar US$ 1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp295 miliar," ungkapnya.

Sementara itu, dari sisi pendapatan negara, akan ada peningkatan pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), masing-masing sebesar Rp0,8 triliun dan Rp2,2 triliun untuk setiap kenaikan US$1 ICP.

Realisasi PPH Migas pada Januari 2022 mengalami peningkatan Rp8,95 triliun, atau naik 281,23 persen dibandingkan dengan Januari 2021. Realisasi subsidi energi pada Januari 2022 juga naik secara tahunan (yoy) mencapai Rp10,2 triliun dari Rp2,3 triliun pada Januari 2021.

Eisha mengatakan, jika harga minyak bumi ke depan secara persisten di level yang tinggi di atas $100 per barel, maka harga bahan pokok akan melambung tinggi dan itu tidak dapat dihindari.

"Sehingga APBN perlu dikelola dengan tepat dan efisien, dengan memprioritaskan pemulihan ekonomi, menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper