Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Neraca Dagang Februari 2022 Bakal Surplus US$3,29 Miliar

Ekonom Mandiri memperkirakan, neraca dagang akan mencatat surplus sebesar US$3,29 miliar pada Februari 2022, naik signifikan dari US$0,93 miliar pada Januari 2022.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memproyeksikan neraca perdagangan akan mencatat surplus sebesar US$3,29 miliar pada Februari 2022.

Capaian tersebut naik signifikan dari US$0,93 miliar pada Januari 2022, di tengah pencabutan larangan ekspor batu bara. Harga komoditas utama dunia pun juga melonjak akibat eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, pertumbuhan eskpor pada Februari 2022 akan menguat menjadi 43,09 persen (yoy/year-on-year), lebih tinggi dari 25,31 persen yoy pada Januari 2022.

"Faktor pendorong perbaikan tersebut antara lain pencabutan larangan ekspor batubara, kenaikan harga komoditas utama dunia khususnya batubara, membaiknya permintaan dari China seiring dengan kembalinya PMI manufaktur ke zona ekspansi, dan peningkatan Baltic Dry Index," kata Faisal dalam keterangan tertulis, Senin (14/3/2022).

Selain itu, impor pada Februari 2022 diperkirakan akan tumbuh sebesar 39,74 persen yoy, meningkat dari 36,77 persen yoy pada Januari 2022.

Di lain sisi, Faisal menilai ketidakpastian di sektor eksternal Indonesia pada tahun 2022 meningkat.

Dia menegaskan, surplus neraca barang pada neraca transaksi berjalan tahun ini cenderung menyusut karena impor akan mengejar ekspor, seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik.

Akan tetapi, konflik antara Rusia dan Ukraina yang kian meningkat telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas.

Hal ini, menurut Faisal dapat mendukung kinerja ekspor dan mempertahankan surplus perdagangan sampai batas tertentu.

"Ada kemungkinan yang semakin besar bahwa neraca transaksi berjalan tahun 2022 mencatat defisit yang lebih kecil dari perkiraan awal kami sebesar -2,15 persen dari PDB," ujarnya, menambahkan bahwa panjangnya konflik Rusia dan Ukraina akan menentukan masalah ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper