Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) David Sumual menilai dunia usaha mulai mempersiapkan stok barang menjelang Hari Raya Idulfitri atau Lebaran sehingga mulai terjadi peningkatan impor. Meskipun begitu, neraca dagang akan terjaga surplus karena kinerja ekspor yang juga tinggi.
Dia menjelaskan bahwa para importir mulai meningkatkan stok barangnya. Selain konsumsi yang mulai meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi, dalam dua bulan pun terdapat hari raya idul fitri.
"Kalau saya lihat impor pada awal tahun mengantisipasi permintaan Lebaran, dan itu sudah mulai. Itu kenapa kami proyeksikan Februari tidak terlalu tinggi surplusnya [neraca dagang]," ujar David kepada Bisnis, Jumat (11/3/2022).
Bank BCA memproyeksikan surplus neraca perdagangan Februari 2022 senilai US$1,7 miliar. Angka tersebut diperoleh dari ekspor yang diperkirakan tumbuh 37,1 persen (year-on-year/YoY) dan impor yang tumbuh 44,9 persen (YoY).
Menurutnya, persiapan stok makanan dan minuman memiliki jangka yang pendek, yakni berkisar 2–3 bulan sehingga sesuai dengan estimasi menjelang lebaran. Periode lebih lama terjadi dalam stok barang-barang lainnya, misalnya tekstil yang bisa mencapai 5 bulan.
Dia menjelaskan bahwa konflik Rusia dan Ukraina akan turut memengaruhi nilai impor karena terdapat hambatan terhadap pasokan sejumlah barang. Namun, dampak itu tidak akan langsung terjadi, menurut David bisa terlihat 2–3 bulan dari saat ini jika konflik masih terjadi.
Dari sisi ekspor, kinerja tertopang oleh kenaikan harga komoditas, terutama komoditas andalan Indonesia seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara. Pertumbuhan laju ekspor relatif lebih tinggi meskipun impor meningkat, sehingga surplus masih terjaga.
"Bisa saja [proyeksi neraca dagang dari BCA] underestimated, karena ini data Februari, memang peningkatan harga komoditas mulai dari pertengahan Februari karena eskalasi konflik di Ukraina," ujar David.