Bisnis.com, JAKARTA – Maskapai penerbangan nasional menyikapi rencana pemerintah dalam meniadakan syarat perjalanan tes antigen dan PCR dengan hati-hati sebelum keputusan tersebut terbit.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan memilih untuk menunggu terbitnya peraturan tersebut terlebih dahulu. Sebelum aturan baru terbit, maskapai grup maskapai milik Rusdi Kirana tersebut enggan berspekulasi.
“Kami lebih baik menunggu saja dulu terbitnya aturan tersebut,” ujarnya, Selasa (8/3/2022).
Senada, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menyikapi secara positif dampak rencana kebijakan penghapusan syarat antigen dan tes PCR bagi penumpang penumpang pesawat.
Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kebijakan pemerintah yang bakal meniadakan tes PCR atau Antigen sebagai syarat perjalanan tentu dapat meningkatkan jumlah penumpang domestik. Menurutnya, selama ini persyaratan tes juga menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam pergerakan penumpang domestik.
"Kami respon positif, tapi kami masih menunggu SE resmi yang jadi pegangan operasional," katanya.
Selama ini syarat perjalanan transportasi umum memang selalu mengalami penyesuaian dan perubahan. Tarif tes yang diterapkan dinilai sebagian pihak terlalu mahal dan menjadi keluhan banyak pihak. Apalagi semakin hari, masa berlaku hasil tes juga semakin singkat. Hal ini membuat penumpang harus menjalani tes berulang untuk bepergian karena hasilnya tidak bisa digunakan untuk ebebrapa kali perjalanan
Pemerintah bahkan sempat menurunkan harga tes polymerase chain reaction (PCR) merespons sejumlah keluhan masyarakat. Namun, Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay menilai langkah ini dinilai tak menyelesaikan masalah. Masyarakat, terutama para penumpang pesawat ingin kewajiban tes PCR dihapus.
Saleh mengapresiasi langkah Presiden Jokowi menurunkan harga tes PCR yang selama ini membebani masyarakat, Saleh berharap agar akar masalah utamanya disentuh, yaitu dengan meniadakan tes PCR. "Penurunan harga PCR tidak menyelesaikan masalah. Sebab, biaya tes PCR tetap saja akan membebani. Apalagi, yang dibebani adalah para penumpang yang menggunakan transportasi udara,” katanya.
Faktanya, sambung politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, tidak semua orang yang naik pesawat memiliki dana berlebih. Masih banyak orang yang merasa berat dengan beban membayar tes PCR.
Tes PCR hanya menjamin calon penumpang negatif saat dites. Namun, pasca tes dia tetap rentan terpapar virus. Bisa saja calon penumpang melakukan kontak dengan penderita Covid-19 setelah tes PCR dan sebelum terbang. Akhirya, penumpang tersebut juga bisa menularkan virus ke penumpang lainnya.
Dengan menghapus kewajiban tes PCR bagi penumpang pesawat, dia yakin akan bermanfaat untuk menaikkan jumlah penumpang pesawat yang sempat terpuruk.