Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Fase 2 MRT Banyak Rintangan, tapi Tetap Optimistis Kelar Tepat Waktu

Rintangan itu antara lain lokasi pembangunan jalur MRT Fase 2 yang juga berada di lokasi 11 cagar budaya seperti Tugu Jam Thamrin, Air Mancur Thamrin, Bank Indonesia, Kawasan Monumen Nasional dan Monas, Museum Nasional, Istana Presiden RI, Menara BTN, Gedung Arsip Nasional, Museum Bank Mandiri, Gedung Candra Naya, serta Stasiun Jakarta Kota.
Stasiun MRT di Jakarta./Instagram @mrtjkt
Stasiun MRT di Jakarta./Instagram @mrtjkt

Bisnis.com, JAKARTA - PT MRT Jakarta memastikan target durasi proyek Fase 2A akan bisa selesai tepat waktu, meskipun menemui banyak rintangan. Kesulitan mendapatkan kontraktor dan risiko proyek yang tinggi membayangi proyek konstruksi sarana dan prasarana MRT Bundaran HI--Kota.

"MRT Jakarta memastikan bahwa pembangunan MRT Fase 2A selesai tepat waktu, untuk koridor BHI--Harmoni pada Maret 2025 dan untuk koridor Harmoni--Kota pada Agustus 2027," tegas Corporate Secretary Division Head Rendi Alhial kepada Bisnis, Senin (7/3/2022).

Rintangan yang dimaksud yakni lokasi pembangunan jalur MRT Fase 2 yang juga berada di lokasi 11 cagar budaya seperti Tugu Jam Thamrin, Air Mancur Thamrin, Bank Indonesia, Kawasan Monumen Nasional dan Monas, Museum Nasional, Istana Presiden RI, Menara BTN, Gedung Arsip Nasional, Museum Bank Mandiri, Gedung Candra Naya, serta Stasiun Jakarta Kota. Hal tersebut membuat risiko pekerjaan tinggi sehingga membutuhkan penanganan khusus agar tetap bisa menjaga kelestarian cagar budaya.

Oleh sebab itu, PT MRT Jakarta turut melakukan proses pelestarian cagar budaya dalam konstruksi Fase 2A. Pelestarian dilakukan dengan ekskavasi kontraktor pelaksana MRT, analisis dan identifikasi oleh tim arkeolog, klasifikasi, penilaian, pemberian rekomendasi, sampai dengan modifikasi dan penyimpanan cagar budaya. Setelah itu, baru proses konstruksi dilanjutkan.

Di samping cagar budaya, lokasi pembangunan MRT fase 2A juga dekat dengan Kali Ciliwung sehingga tingkat kehati-hatian juga ditingkatkan. Sebelumnya, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim menyebut lokasi pembangunan proyek CP 202 untuk civil works Harmoni--Mangga Besar memiliki tingkat kerumitan dan kesulitan konstruksi paling tinggi di seluruh proyek fase 2A.

Dia mengaku bahwa kesulitan tersebut memicu risiko pekerjaan yang tinggi sehingga menjadi salah satu topik alot pada diskusi teknis, termasuk saat direct contracting.

"Tingkat kesulitan itulah yang membuat risiko pekerjaan jadi tinggi, dan benar menjadi salah satu faktor yang membuat diskusi teknis kita, bahkan saat direct contracting, menjadi lebih panjang. Untuk size-up risikonya seperti apa, dan semua ini tentu akan translate harga [yang lebih tinggi]," tuturnya dalam webinar pekan lalu, Selasa (1/3/2022).

Oleh sebab itu, kesepatakan harga tidak tercapai antara pihak kandidat kontraktor proyek yang ditunjuk. Tidak hanya paket proyek CP 202 untuk civil works Harmoni--Mangga Besar, namun juga CP 205A untuk railway dan track work dari Bundaran HI--Mangga Besar.

"Unfortunately tidak tercapai kesepakatan dengan kandidat yang ditunjuk langsung. Tidak ada kesepakatan harga. Jadi, walaupun ditunjuk langsung, kita tidak terima apa yang ditawarkan kandidat," jelas Silvia.

Untuk itu, dua paket proyek tersebut akan dipecah dengan melakukan penunjukan kembali untuk proyek civil works CP 202, dan melakukan tender ulang melalui competitive bidding untuk pembangunan railway CP 205A.

Menurut Pakar Transportasi dan Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah, dampak berbagai masalah dan kerumitan yang dihadapi proyek MRT Fase 2A terhadap durasi proyek sepertinya tidak terelakkan. Apalagi, proses pengadaan diulang kembali karena kesepakatan antara dua pihak yang terlibat tidak tercapai.

Trubus menilai hal tersebut sudah menjadi risiko bagi pihak kontraktor dan PT MRT Jakarta. Dia menilai pihak yang nantinya akan menanggung beban paling berat adalah pihak pemerintah.

Seperti diketahui, pengembangan MRT koridor Utara--Selatan (North--South) masih mengandalkan pembiayaan dari satu sumber yakni dari pemerintah. Pengembangan koridor Timur--Barat (East--West) baru akan menggunakan skema Kerja Sama Publik dan Badan Usaha (KPBU).

"Dalam hal ini paling berat [bebannya] ke pemerintah atau pemerintah provinsi [DKI Jakarta]. Jadi, menurut saya ini memang diperlukan intervensi pemerintah lagi untuk melakukan pengadaan ulang," jelas Trubus kepada Bisnis, Senin (6/3/2022).

Trubus juga menyarankan agar pihak MRT Jakarta melakukan kajian kembali terhadap risiko konstruksi pada lokasi yang berdekatan dengan bangunan bersejarah, cagar budaya, atau kali Ciliwung. Kendati proyek dipastikan molor, dia mengatakan risiko terhadap adanya kerusakan pada bangunan atau cagar budaya tersebut lebih besar.

"Target waktu selesainya itu yang dikorbankan. Pembangunan ini pun sudah berkali-kali reschedule. Pihak juga menaikkan harga. Akhirnya pembangunan ini banyak masalah, sama seperti kereta cepat itu," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper