Bisnis.com, JAKARTA — India, bersama Indonesia dan China, disebut sebagai motor penggerak pertumbuhan bisnis properti subsektor logistik. India mempunyai perencanaan khusus untuk membuat sekrtor logistik lebih cepat, murah, dan berkelanjutan.
Lantas, seperti apa resep India dalam mengefisienkan biaya logistik? Bisakah Indonesia memetik pelajaran dari Negeri Bollywood, mengingat Tanah Air juga dirongrong lingkaran setan inefisiensi biaya logistik?
Pelajaran dari strategi negara mitra dalam memangkas ongkos logistik menjadi salah satu isu yang dibahas Bisnisindonesia.id akhir pekan ini, selain sejumlah isu pilihan lain mulai dari prediksi IHSG sebulan ke depan hingga perkembangan terakhir konflik Rusia-Ukraina.
Berikut highlight Bisnisindonesia.id, Minggu (27/2/2022) :
Belajar dari India Menuju Biaya Logistik Lebih Murah
India memiliki rencana ambisius untuk menurunkan biaya logistik agar lebih kompetitif secara global, sambil memastikan pergerakan barang yang lebih cepat dan emisi yang lebih rendah.
Untuk sampai ke sana, memerlukan perluasan jaringan jalan raya dan kereta, mendirikan taman logistik baru untuk pusat kereta dan jalur air, dan membawa departemen pemerintah yang berbeda untuk berpikir dan bertindak dengan suara bulat.
Ini rencana yang diperinci dalam anggaran tahun ini.
Meskipun jalan masih panjang, dengan target berulang yang ditetapkan selama 2 dekade ke depan, ini akan mengubah sektor yang semakin integral dengan kehidupan sehari-hari.
“Rencana tersebut dapat membantu bisnis mengurangi biaya logistik, melacak pergerakan barang secara lebih efisien, dan memiliki akses ke informasi dan data tentang proyek konektivitas yang akan datang, pusat bisnis, dan kawasan industri, untuk berinvestasi secara strategis di gudang di lokasi yang sesuai,” kata Chandranath Dey, Kepala Operasi dan Pengembangan Bisnis JLL India sebagaimana dilansir laman resminya.
Menurut perkiraan oleh lembaga pemerintah, apabila negara Asia Selatan tersebut berhasil mengurangi biaya logistik dari 14 persen produk domestik bruto (PDB) menjadi 10 persen, dapat menghemat sekitar US$132 miliar dan secara signifikan mengurangi emisi karbon.
Mewaspadai Beban Pemberat Neraca Perdagangan Indonesia
Defisit neraca perdagangan minyak dan gas bumi diproyeksikan bakal makin lebar, seiring dengan kenaikan harga minyak dunia yang dipicu oleh kemelut geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Pemerintah pun mendorong peningkatan volume ekspor produk manufaktur nonmigas untuk menutupi potensi melebarnya defisit neraca perdagangan tahun ini.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengakui adanya potensi melebarnya defisit neraca perdagangan minyak dan gas (migas) akibat kenaikan harga minyak dunia.
Menurutnya, defisit itu turut disebabkan karena menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.
“Kami berusaha meningkatkan volume ekspor terutama produk manufaktur nonmigas dengan memperluas cakupan pasar ekspor dan jenis produknya juga,” kata Kasan, akhir pekan.
Foto yang diabadikan pada 25 Februari 2022 ini menunjukkan jalanan yang kosong di Kiev, ibu kota Ukraina./Antara
Perang Rusia-Ukraina, Urusan Sarapan Kita
Bersiap-siaplah uang yang kita keluarkan untuk sepiring atau semangkuk sarapan akan lebih banyak. Hambatan pengiriman gandum dan biji-bijian lainnya dari Ukraina dan Rusia dapat membuat harga roti, mi instan, dan sereal yang kita makan setiap pagi lebih mahal dalam beberapa pekan ke depan.
Kedua negara adalah eksportir yang memasok lebih dari 25 persen perdagangan gandum dunia. Indonesia termasuk negara yang bergantung pada pasokan Ukraina, si Keranjang Roti Eropa, dengan membeli hampir 3 juta ton dari negara itu atau sepertiga dari total impor gandum pada 2020.
Lumbung produksi gandum Ukraina banyak berada di daerah timur, dekat Luhansk dan Donetsk yang diokupansi Rusia. Kantong-kantong produksi gandum itu rata-rata memanen 1,5 hingga 2,3 juta ton per tahun.
Sekalipun berton-ton bulir biji-bijian itu telah diangkut truk, kereta api, dan tongkang ke pelabuhan, produk itu tertahan karena Ukraina menyetop pengapalan dari Laut Hitam sejak Rusia melancarkan operasi militer berskala penuh mulai Kamis pekan ini.
Dilansir the Wall Street Journal, Pemerintah Ukraina memperingatkan para kapten kapal untuk menjauh dari Laut Azov. Kapal dilarang memasuki alur pelabuhan dan diminta lego jangkar di luar pelabuhan, menurut salah satu pemilik barang di Kyiv.
Kesepakatan Besar Diteken, Kepercayaan Bisnis Properti Meningkat
Investor menandatangani serangkaian kesepakatan real estat komersial besar baru-baru ini di Asia Pasifik, tanda kepercayaan terus meningkat selepas tertekan pandemi Covid-19.
Pada Januari, Frasers Commercial Trust menjual Cross Street Exchange, pengembangan serba guna di pusat Singapura, seharga US$602 juta.
Tak sampai 2 pekan, gedung perkantoran Alpharium Tower milik ARA di Pangyo, Korea Selatan, diambil alih oleh Mastern Asset Management yang berbasis di Seoul dalam kesepakatan US$853 juta.
Kesepakatan besar seperti itu jarang terjadi ketika bulan-bulan awal pandemi pada 2020. Namun, minat pada kesepakatan lebih dari US$300 juta mulai muncul kembali tahun lalu, terutama di subsektor logistik yang sedang booming, ungkap JLL di laman resminya.
Contoh kasus, penjualan portofolio logistik Australia senilai US$2,9 miliar Blackstone kepada manajer real estat ESR Cayman dan GIC (Government of Singapore Investment Corporation), perusahaan dana investasi milik Pemerintah Singapura.
Stuart Crow, CEO Capital Markets, JLL Asia Pasifik, mengemukakan pandangannya bahwa kesepakatan yang lebih besar dan akuisisi platform akan menjadi hal yang biasa tahun ini, karena investor menempatkan modal untuk bekerja untuk memperluas kehadiran mereka di sektor real estat di kawasan itu, yang siap untuk pemulihan yang kuat saat ekonomi dibuka kembali.
IHSG di Tengah Rekor dan Perang, Bagaimana Prospek Maret 2022?
Konflik Rusia dan Ukraina yang masih memanas telah menghambat laju indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sempat terus memecahkan rekor tertinggi baru sepanjang Februari 2022. Pada pekan terakhir bulan ini, IHSG pun mengakhiri lajunya bukan di level rekor, yakni 6.888,17. Bagaimana prospeknya pada Maret 2022?
Pada perdagangan hari terakhir pekan ini, Jumat (25/2/2022), IHSG ditutup menguat 1,03 persen atau 70,35 poin ke level 6.888,17, setelah pada hari sebelumnya anjlok cukup dalam sebesar 1,48 persen akibat konflik Rusia dan Ukraina yang memanas.
IHSG pun meninggalkan level rekornya yang dicapai pada 23 Februari 2022 lalu di level 6.920,06. Sepanjang sebulan terakhir, IHSG tercatat sudah meningkat 4,19 persen dan menjadikan IHSG sebagai indeks komposit nomor dua terkuat di Asean dan Asia Pasifik.
Indonesia hanya kalah dari Singapura.
Pada Maret 2022 mendatang, efek lanjutan dari konflik kedua negara tersebut kemungkinan masih akan terasa.
Namun, pasar modal Indonesia juga belum kekurangan sentimen positif untuk menopang kinerjanya. Investor asing pun tampaknya belum kehilangan minat terhadap pasar saham Indonesia.
Sementara itu, faktor rencana the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pun tampaknya tidak begitu digubris investor. Buktinya, kendati wacana tersebut sudah makin kuat berhembus di pasar, efeknya terhadap pasar modal Indonesia justru cenderung positif.