Bisnis.com, JAKARTA – Pakar pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori meminta pemerintah segera merespons melonjaknya harga kedelai melalui sejumlah kebijakan yang produktif.
Ia mengatakan pemerintah perlu melakukan stabilisasi harga kedelai melalui pemberian subsidi sembari terus mengoptimalkan produksi kedelai dalam negeri.
“Kalau pemerintah memandang perlu menstabilkan harga kedelai, ya do it. Kerjakan. Jangan dibiarkan. Akhirnya instabilitas yang kemudian berujung mogok produksi produsen tahu dan tempe jadi agenda tahunan,” ujar Khudori, Senin (21/2/2022).
Kebijakan ekonomi yang dapat dilakukan pemerintah adalah subsidi. Importir tidak akan mau menjual dengan harga sesuai permintaan produsen. Menurutnya, pemerintah dapat menyubsidi selisih harga dari importir dan permintaan produsen tahu tempe.
“Jika subsidi diberikan, pemerintah mesti mengatur pasar, impor diatur, harga diatur. pada saat bersamaan pencapaian produksi domestik dibuat peta jalannya. Pengaturan pasar disesuaikan dengan pencapaian produksi dalam negeri. Agar situasi begini, termasuk setiap saat mensubsidi, tidak berulang,” lanjutnya.
Selain itu, dia juga mengusulkan kebijakan pengaturan harga yang harus dikaitkan dengan upaya menggenjot produksi kedelai dalam negeri. Meskipun tempe merupakan makanan khas Indonesia, sayangnya kedelai lokal yang tersedia tak lebih dari 20 persen. Petani pun mengurungkan niat untuk menanam kedelai karena untungnya yang sangat kecil.
Senada dengan Khudori, pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin berharap Indonesia harus fokus pada kedelai dalam negeri. Menurutnya, agar tidak head-to-head dengan kedelai impor, Indonesia fokus memproduksi kedelai hitam sebagai bahan baku industri yang bernilai tinggi.
Bustanul menjelaskan jika Indonesia ingin berkontribusi terhadap produksi kedelai, maka harus dilakukan peningkatan kualitas kedelai domestik. Pasalnya, petani pun tidak akan menanam jika hasilnya nanti lebih rendah dari modalnya.
“Tidak ada petani rasional akan menanam kedelai dan meningkatkan produktivitasnya jika penerimaan ekonomi dari kedelai lebih rendah dari biayanya,” ujarnya.
Meskipun harganya menunjukkan kenaikan, Kementerian Perdagangan menyatakan stok kedelai akan terus tersedia dan aman hingga Maret 2022 atau dalam dua bulan ini. Pada bulan selanjutnya yang merupakan Ramadan, stok akan datang pada pertengahan Maret 2022. Namun, tentunya bukan dengan harga yang normal.