Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tambang Batu Bara Masih Legit buat Perbankan

Bank komersial menyalurkan US$1,5 triliun ke industri batu bara antara Januari 2019 hingga November tahun lalu.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA – Bank dan investor telah menyalurkan sejumlah besar uang untuk mendukung industri batu bara dalam beberapa tahun terakhir. Aliran dana itu menopang bahan bakar fosil yang saat ini malah dimusuhi karena tabiatnya dianggap merusak lingkungan hidup. 

Terutama, dari berbagai aktivitasnya, menjadikan bumi menghadapi darurat iklim. Sebuah analisis  yang diterbitkan pada Selasa (15/2/2022), seperti dikutip dari CNBC, telah mengamati pergerakkan aliran dana ke sektor-sektor pertambangan oleh perbankan global. 

Analisi yang dihadirkan oleh kelompok kampanye Urgewald dan Reclaim Finance, bersama  LSM lainnya, menemukan bahwa bank komersial menyalurkan US$1,5 triliun ke industri batu bara antara Januari 2019 hingga November tahun lalu. Penelitian menunjukkan bagaimana sejumlah kecil lembaga keuangan dari segelintir negara memainkan peran besar dalam menjaga kelangsungan industri batu bara.

Memang, lembaga keuangan itu hanya berasal dari enam negara besar meliputi AS, China, Jepang, India, dan Kanada. Kumpulan perbankan itu dianggap bertanggung jawab atas lebih dari 80 persen pembiayaan dan investasi batu bara secara global. 

“Lembaga keuangan ini harus mendapat kecaman dari semua pihak, organisasi masyarakat sipil, regulator keuangan, pelanggan, dan investor progresif,” Katrin Ganswindt, kepala penelitian keuangan di Urgewald, mengatakan dalam laporan tersebut.

“Kecuali kita mengakhiri pembiayaan batu bara, itu [batu bara] yang akan mengakhiri kita,” dikutip dari CNBC, Selasa (15/02/2022).

Batu bara adalah bahan bakar fosil paling banyak menghasilkan emisi karbon, karena itu komoditas tambang tersebut  menjadi target utama dalam upaya transisi energi menuju energi baru dan terbarukan. Sebaliknya, negara-negara besar itu pula yang sebelumnya berjanji untuk pertama kalinya  "menghentikan secara bertahap" pembangkit listrik tenaga batu bara dan subsidi yang tidak efisien untuk bahan bakar fosil.

“Bank sering berargumen bahwa mereka ingin membantu transisi klien batu bara mereka, tetapi kenyataannya hampir tidak ada perusahaan yang melakukan transisi. Dan mereka memiliki sedikit insentif untuk melakukannya selama para bankir terus menulis cek kosong kepada mereka,” kata Ganswindt.

Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 376 bank komersial memberikan pinjaman sebesar US$363 miliar untuk industri batu bara antara Januari 2019 dan November 2021.
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper