Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pertambangan batu bara menyatakan dukungan terhadap transisi energi ke depan. Sayangnya, mahalnya investasi teknologi masih menjadi tantangan bagi pengusaha tambang.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia memastikan dukungan pelaku usaha pertambangan batu bara terhadap transisi ini. Perusahaan juga perlahan mulai mengarah menuju transisi tersebut.
“Memang tantangannya pada teknologi. Investasi terhadap transisi energi ini memang membutuhkan biaya besar, di sisi lain akses perbankan semakin sulit,” katanya kepada Bisnis, Jumat (4/2/2022).
Akibat kesulitan pendanaan tersebut, APBI mendorong pemerintah menerbitkan sejumlah kebijakan agar perusahaan tambang tetap bertahan ditengah kesulitan mendapat pinjaman.
Terlebih kata Hendra, dukungan dana diperlukan untuk berinvestasi pada energi bersih. Selain itu lanjut Hendra, tantangan lainnya akan terus dihadapi perusahaan tambang seiring rencana pemerintah meningkatkan tarif royalti bagi pemegang IUPK OP dan IUP.
“Sehingga akan memberatkan beban perusahaan ke depannya akan semakin meningkat. itu tantangan perusahaan,” ujarnya.
Meski demikian, sejumlah perusahaan pertambangan mulai menjajaki investasi pada sektor energi bersih. Beberapa di antaranya seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) pada proyek gasifikasi dimethyl ether (DME). Kemudian PT Indika Energy, Tbk. (INDY) pada pengembangan PLTS.
Perusahaan lainnya seperti TBS Energ Utama (TOBA) pada kendaraan listrik serta Adaro Energy pada pengembangan industri hijau di Kalimantan.
“Tidak sedikit perusahaan yang justru mulai mengembangkan porsi penggunaan energi terbarukan khususnya PLTS di area tambang. Tapi terutama di era transisi tadi, perusahaan fokus di kegiatan usahanya bagaimana mereka memaksimalkan mengurangi emisi karbon,” ujarnya.