Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Induk TikTok Pangkas Unit Investasinya, Tertekan Beijing

Menurut sumber Bloomberg, langkah ini dilakukan ByteDance karena ancaman regulator yang menekan raksasa teknologi seperti Tencent Holdings Ltd., dan Alibaba Group Holding Ltd. Mereka dianggap Beijing telah mendominasi bidang media sosial, gim, hingga e-commerce.
Logo aplikasi media sosial TikTok yang dikelola oleh ByteDance./Bloomberg-Brent Lewin
Logo aplikasi media sosial TikTok yang dikelola oleh ByteDance./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA - ByteDance Ltd., induk dari aplikasi TikTok, merampingkan gurita investasinya seiring dengan antisipasi Beijing memperketat pembatasan pada pembuatan kesepakatan produktif yang mendorong pertumbuhan perusahaan internet terbesar di China ini.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (19/1/2022), seorang sumber anonim mengatakan perusahaan pendiri TikTok ini membubarkan modal ventura internal dan tim investasinya yang meminati perusahaan rintisan.

Hal ini dilakukan karena ancaman regulator yang menekan raksasa teknologi seperti Tencent Holdings Ltd., dan Alibaba Group Holding Ltd. Mereka dianggap Beijing telah mendominasi bidang media sosial, gim, hingga e-commerce.

Administrasi Siber China (Cyberspace Administration of China atau CAC) sedang menyusun aturan yang mengharuskan setiap perusahaan dengan jumlah pengguna lebih dari 100 juta atau pendapatan lebih dari 10 miliar yuan (US$1,6 miliar) mendapatkan izin dari pengawas sebelum melakukan investasi atau pendanaan.

Pada awal bulan ini, ByteDance telah membuat keputusan untuk fokus memperkuat bisnisnya dan mengurangi jumlah investasi, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan melalui email.

"Sudah diperkirakan akan ada pembatasan investasi sehingga tidak mengejutkan melihat aturan mulai diformalkan di arena itu. Perusahaan teknologi besar seperti Tencent dan Alibaba telah mengubah strategi investasi mereka mengingat perubahan yang mengancam," kata analis Bloomberg Intelligence Matthew Kanterman.

Selain ByteDance, raksasa teknologi lainnya seperti penyedia layanan antar makanan Meituan, layanan transportasi online Didi Global Inc., media sosial Weibo Corp., mesin pencari Baidu Inc., dan JD.com Inc., juga diperlakukan sama. Bahkan, pemain dengan skala yang lebih kecil seperti perusahaan livestreaming Bilibili Inc., dan Kuaishou Technology tidak terkecuali.

Peraturan CAC ini salah satu tujuannya adalah memberikan pengaruh atas keamanan data melalui kegiatan pendanaan yang cermat. Beleid itu adalah bagian dari rentetan tindakan keras Beijing terhadap perusahaan teknologi, tak terkecuali aturan soal listing di luar negeri dan penerimaan modal asing.

Dalam beberapa tahun terakhir, ByteDance telah meningkatkan kecepatan akuisisinya sendiri, untuk berekspansi ke arena baru seperti gadget dan layanan pendidikan.

Skala investasi raksasa teknologi ini cukup fantastis. Tencent sendiri mengendalikan portofolio yang diperkirakan mencapai US$185 miliar. Namun, aturan ketat Beijing terhadap perusahaan ini membuat beberapa perubahan.

Dalam beberapa bulan terakhir, Tencent mengumumkan akan memberikan saham senilai US$16 miliar di JD dan menjual sebagian dari Singapore's Sea Ltd. Langkah mengejutkan itu dilihat sebagai tanggapan terhadap dorongan Beijing untuk mengekang perilaku antipersaingan dan membuka ekosistem tertutup.

Investasi modal ventura di China melonjak 50 persen ke rekor US$131 miliar pada tahun 2021. Namun mayoritas pendanaan mengalir ke sektor perangkat keras seperti semikonduktor hingga komputasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper