Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah ekonom memproyeksikan surplus neraca dagang Desember 2021 rata-rata di angka US$3,12 miliar. Proyeksi itu lebih rendah dari capaian surplus November 2021 yakni US$3,51 miliar.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga Jumat (14/1/2022) terdapat 14 lembaga yang sudah merilis proyeksi neraca perdagangan Desember 2021. Rata-rata proyeksi surplus dari seluruh lembaga adalah US$3,12 miliar.
Proyeksi surplus neraca dagang Desember 2021 terendah berada di angka US$2,04 miliar, sedangkan yang tertinggi senilai US$5 miliar. Dari keseluruhan proyeksi itu, median atau nilai tengah berada di angka US$3,12 miliar.
Rata-rata proyeksi surplus neraca dagang Desember 2021 lebih rendah dari realisasi surplus November 2021 yakni US$3,51 miliar. Capaian surplus November 2021 pun lebih rendah dari Oktober 2021 senilai US$5,73 miliar.
Proyeksi tertinggi surplus Desember 2021 memang melewati capaian bulan sebelumnya, tetapi masih lebih rendah dari realisasi Oktober 2021. Namun, berapapun proyeksi yang tercapai, neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2021 berpotensi mencatatkan surplus 20 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
"Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mendukung pemulihan ekonomi," ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, belum lama ini.
Dalam catatan terakhir, yakni November 2021, Bank Indonesia menilai bahwa impor nonmigas meningkat di seluruh komponen, sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang berlanjut. Produksi manufaktur membutuhkan sejumlah komponen yang berasal dari luar negeri.
Pada November 2021, defisit neraca perdagangan migas pun meningkat menjadi US$1,69 miliar, dari bulan sebelumnya US$0,87 miliar. Catatan itu dipengaruhi oleh kenaikan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor migas.