Bisnis.com, JAKARTA - Produsen blok bangunan untuk membuat plastik di Asia memangkas operasi cracker setelah ekspansi kapasitas besar-besaran pada tahun lalu.
Dilansir Bloomberg pada Senin (10/1/2022), output pabrik meningkat setelah bahan baku nafta semakin mahal lantaran kenaikan permintaan dan lonjakan biaya pada minyak mentah.
Hal tersebut menyebabkan menyusutnya keuntungan pada pemrosesan konversi nafta menjadi etilena atau disebut cracker, ke level terendah sejak Juli. Operator cracker etilena termasuk Formosa Petrochemical Corp., Taiwan dan LG Chem Ltd., Korea Selatan memilih memangkas pemrosesan.
"Kami memperkirakan margin cracker akan tetap lemah sepanjang Januari karena permintaan di hilir, terutama China yang akan turun menjelang Tahun Baru Imlek. Suplai etilena di Asia telah meningkat karena tambahan kapasitas," ujar analis konsultan industri FGE Jeslyn Chua.
Kapasitas cracker total di Asia meningkat kira-kira 20 persen pada 2021, menurut FGE, seiring dengan perluasan operasi LG Chem.
Naiknya harga nafta juga telah mendorong beberapa perusahaan untuk mencari gas alam cair sebagai bahan baku pengganti. Adapun LPG biasanya digunakan di luar musim dingin ketika permintaan pemrosesan berkurang.
Baca Juga
Sementara itu, Hanhwa Total justru membeli kargo LPG untuk kebutuhan proses cracker pada Januari dan Februari. Seorang trader mengkonfirmasi hal ini, tetapi perusahaan tidak memberikan respons.
Sinopec Zhenhai Refining & Chemical Co., China mulai melakukan pemrosesan cracker sebanyak 1,2 juta ton di Ningbo pada tahun lalu. Hyundai Chemical Co., dari Korea Selatan meningkatkan produksi pada cracker baru sebanyak 750.000 ton per tahun pada Desember, menurut FGE.
Berdasarkan informasai dari para pedagang, pada awal tahun lalu, GS Caltex Corp., dan LG Chem dari Korea Selatan menambahkan total 1,55 juta ton. Namun, LG Chem memangkas tingkat pemrosesan pada semua mesin cracker-nya dan beroperasi 80 persen. Formosa juga menurunkan kapasitas hingga 90 - 95 persen.