Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Bidik Substitusi Impor 35 Persen, Indef: Target Ambisius

Indef menilai target substitusi impor cukup ambisius jika mempertimbangkan kemampuan industri bahan baku dalam negeri yang masih terbatas.
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menilai target Kementerian Perindustrian untuk menurunkan impor sebesar 35 persen pada 2022 terhitung ambisius.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Andry Satrio Nugroho mentakan angka tersebut cukup ambisius mempertimbangkan kemampuan industri bahan baku dalam negeri yang masih terbatas. Upaya tersebut juga membutuhkan investasi besar dengan jangka waktu yang tidak seperti membalikkan telapak tangan.

"Targetnya Kemenperin ambisius sekali. Kalau tidak feasible akan merugikan industrinya juga. Kalau kita mendorong ekspor, ini yang bagus," kata Andry kepada Bisnis, belum lama ini.

Pembatasan impor bahan baku dan bahan penolong, jika tak diiringi dengan kemampuan suplai dari dalam negeri, akan mengganggu produktivitas industri. Seiring dengan upaya jangka panjang substitusi impor, dia mendorong pemerintah juga melakukan penguatan pada struktur industri tertentu.

"Substitusi impor boleh saja, namun jangan sampai itu mengganggu industri yang sudah ada selama ini dan tentu itu membutuhkan waktu yang jangka panjang," lanjutnya.

Menteri Perindustri Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menerangkan target substitusi impor pada 2021 sebesar 20 persen. Kendati demikian, dia mengaku capaian pada tahun lalu belum seperti yang ditargetkan. Dari basis 2019, impor bahan baku dan bahan penolong sebesar Rp434 triliun.

Pada 2022, target penurunan ditetapkan sebesar Rp152 triliun atau 35 persen. Sejumlah sektor yang diharapkan menjadi pendorong substitusi impor antara lain industri kimia dan farmasi, tekstil, logam, mesin, alat elektronik, dan industri agro.

"Pada 2021 kami targetkan substitusi impor dapat mencapai 20 persen. Memang perlu kami akui karena beberapa hal, masih belum bisa tercapai 20 persen, walaupun kami masih optimistis target kami 35 persen dapat tercapai," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper