Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ekspor Indonesia pada semester I/2022 diperkirakan masih akan bisa mendukung perekonomian.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ekspor tahun depan masih akan bisa melanjutkan tren 2021 berkat ekspor manufaktur.
"Sebagian besar ekspor kita basisnya itu manufaktur, dan salah satunya besi dan baja. [Mereka] mengalami lonjakan yang luar biasa karena dua hal yaitu volume dan harga," jelas Airlangga saat bertemu dengan awak media secara hibrida di kantor Kemenko Perekonomian di Jakarta, Kamis (30/12/2021).
Berdasarkan capaian nilai ekspor, kontribusi sektor industri manufaktur terus meningkat meskipun di tengah pandemi Covid-19. Nilai ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 mencapai US$160 miliar atau berkontirbusi 76,51 persen dari total ekspor nasional.
Berdasarkan catatan Bisnis, angka tersebut telah melampaui capaian ekpor manufaktur sepanjang 2020 sebesar Rp131 miliar, dan lebih tinggi dari capaian 2019.
Selain itu, Airlangga menyebut terdapat beberapa proyek yang masih berada di dalam pipeline atau rencana. Adapun, di dalam beberapa rencana proyek tersebut, terdapat Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor hilirisasi senilai lebih dari Rp100 triliun.
Baca Juga
"Kemudian ada beberapa project [lain] lagi yang di pipeline dengan besarannya juga sekitar Rp130 triliun. Dari segi ini dan produksi CPO dan demand makanan-minuman, kami cukup optimis bahwa ekspor enam bulan pertama masih bisa kita jaga," jelasnya.
Kendati demikian, Airlangga menyebut akan terus memantau sejumlah faktor seperti lonjakan harga komoditas dan gangguan rantai pasok di tahun depan. Di samping itu, dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, Airlangga menyebut beberapa negara berpotensi untuk mengalihkan permintaannya ke Indonesia.
"Jadi, potensi ini harus kita jaga. Ini tercermin dari PMI yang 53,9 [November 2021]," tutupnya.