Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemendag Sebut Stabilitas Pangan 2021 Lebih Baik

Kemendag menilai stabilitas pangan pada 2021 lebih baik daripada 2020.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Stabilitas pasokan dan harga komoditas pangan penting sepanjang 2021 dinilai jauh lebih baik daripada 2020. Kementerian Perdagangan menyatakan antisipasi ketersediaan berhasil menjaga keseimbangan harga di tengah permintaan yang membaik.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan hal serupa juga menjadi kunci keberhasilan untuk stabilitas pangan pada 2022. Terlebih di tengah proyeksi geliat ekonomi yang lebih baik.

“Situasi pangan di dalam negeri jauh lebih baik [tahun ini] dari sisi pasokan dan pengendalian harga. Mudah-mudahan geliat ekonomi makin bagus setelah sempat ada penurunan di kuartal III/2021,” kata Oke, Minggu (26/12/2021).

Permintaan yang turun kerap memicu fluktuasi harga, terutama di tingkat produsen. Oke mengatakan komoditas ayam dan telur menjadi segelintir yang mengalami koreksi harga cukup dalam karena permintaan yang lebih kecil daripada pasokan.

Oke turut menyoroti perkembangan harga komoditas global dan risiko dampaknya pada situasi di dalam negeri, terutama pada bahan pangan yang memiliki ketergantungan impor seperti kedelai, gandum, gula, dan daging.

“Antisipasi untuk awal tahun terus disiapkan, apalagi ada momen Ramadan dan Idulfitri di awal kuartal II/2022,” katanya.

Dia memastikan stok penyangga dalam keadaan aman, seperti beras dengan ketersediaan mencapai 932.971 ton di Perum Bulog dan 30.662 di Pasar Induk Beras Cipinang. Stok tersebut setidaknya bisa memenuhi kebutuhan operasi pasar selama 11 bulan.

Stok gula pasir per 24 Desember 2021 berada di angka 1,10 juta ton dengan masa ketahanan 4,23 bulan. Ketersediaan kedelai pada akhir tahun berada di angka 360.000 ton dan bisa memenuhi kebutuhan 1,44 bulan ke depan.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai tantangan ketersediaan bahan kebutuhan pokok pada 2021 lebih kompleks daripada 2020. Indonesia harus menghadapi fluktuasi harga komoditas global yang telah berdampak pada ketersediaan di dalam negeri.

Harga komoditas pangan dunia yang masih tinggi, lanjut Bhima, bakal tetap jadi tantangan bagi upaya stabilisasi pasokan dan harga pada 2022. Dia mencatat harga jagung dunia telah naik 25 persen dalam setahun terakhir, begitu pula harga minyak nabati.

“Cuaca ekstreem La Nina dan bencana alam di berbagai  daerah berisiko mengganggu distribusi pangan terutama jelang Ramadan,” kata Bhima.

Di sisi lain, terdapat risiko volatilitas rupiah pada 2022 imbas normalisasi kebijakan moneter. Bhima menilai hal ini bisa menyebabkan imported inflation pada beberapa komoditas pangan impor.

“Stok perlu dipastikan tetap aman dan stabilitas harga terkendali karena proyeksi inflasi bisa menembus 5 persen di 2022 apabila volatile food bergerak terlalu ekstrem,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper