Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angkasa Pura I Punya Utang Rp28 Triliun, Bagaimana dengan AP II?

PT Angkasa Pura I memproyeksikan masih mengalami kerugian pada 2021 dan tahun depan dengan melihat kondisi neraca keuangan saat ini.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo

Bisnis.com, JAKARTA –  Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menilai tekanan finansial yang sedang dialami oleh PT Angkasa Pura I (persero) hingga senilai Rp28 triliun tak sebanding dengan yang dialami oleh rekan operator bandara lainnya yakni PT Angkasa Pura II (persero).

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan kondisi finansial AP II relatif tak seberat yang dialami oleh AP I. Tiko, sapaan akrabnya, menjelaskan hal tersebut dikarena nilai atau beban utang yang ditanggung oleh AP II tidak sebesar nominal yang mesti ditanggung oleh AP I.

“AP II relatif tidak seberat AP I, karena beban utang tidak sebesar AP I dan trafik di bandara Soekarno-Hatta yang didorong aktivitas domestik lebih cepat pulih. Sementara AP I sangat terpengaruh drop-nya penumpang internasional di Bali,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (10/12/2021).

Sementara itu, AP I memproyeksikan masih mengalami kerugian pada 2021 ini dan tahun depan dengan melihat kondisi neraca keuangan saat ini.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan hingga akhir tahun ini, AP I masih mengalami kerugian hingga Rp3,24 triliun dengan EBITDA yang juga minus Rp209 miliar. Imbasnya, arus kas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut juga akan minus Rp1,1 triliun.

Kondisi kerugian ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun depan, meski proyeksinya bakal lebih membaik.

"Diproyeksikan tahun depan memang kita dan masih akan rugi sekitar Rp601 miliar, tapi ini sudah jauh menurun dibanding dengan tahun 2021, dan positifnya adalah EBITDA-nya bisa positif sekitar Rp1,5 triliun dengan arus kas operasi yang akan sudah positif sekitar Rp1,15 triliun," ujarnya saat konferensi pers virtual yang dikutip, Kamis (9/12/2021).

Karena itu, operator bandara tersebut harus menempuh sejumlah upaya untuk menyehatkan mengurangi tekanan finansial yang dialami melalui restrukturisasi.

Lewat restrukturisasi, Faik memproyeksikan total pendapatan bisa meningkat lebih tinggi dari Rp4,86 triliun. Total beban juga dapat dikelola dengan baik menjadi Rp5,46 triliun untuk 16 bandara. Termasuk tambahan satu bandara di Batam, yang rencananya mulai tahun depan dikelola bersama dengan Incheon Airport.

Restrukturisasi yang dilakukan meliputi restrukturisasi keuangan, operasional, penjaminan, dan fundraising. Kemudian dilakukan transformasi bisnis, dan juga optimalisasi aset. Pada intinya, restrukturisasi terhadap utang dan pokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper