Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Jepang Menyusut 3,6 Persen per Kuartal III/2021, Sinyal Waspada Omicron?

Prediksi ekonom dan pemerintah meleset, masing-masing 3,1 persen dan 3 persen. Capaian itu mengkonfirmasi bahwa ekonomi Jepang telah menyusut dalam lima dari delapan kuartal terakhir.
Kafe yang buka di salah satu sudut kota Tokyo/Bloomberg
Kafe yang buka di salah satu sudut kota Tokyo/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Jepang menyusut lebih cepat dari yang diperkirakan, yakni minus 3,6 persen pada kuartal III/2021 setelah lonjakan kasus Covid-19 pada musim panas. Hal ini menjadi peringatan jika varian omicron menyebar.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (8/12/2021), penurunan diperparah oleh menurunnya belanja konsumen. Prediksi ekonom dan pemerintah meleset, masing-masing 3,1 persen dan 3 persen.

Capaian tersebut berarti bahwa kondisi perkeonomian lebih lemah dari perkiraan sebelum pencabutan status darurat musim panas yang dilakukan pada Oktober. Dengan kehadiran varian baru omicron, Perdana Menteri Fumio Kishida harus mempertahankan belanja konsumen yang mulai naik.

"Varian omicron bakal berdampak risiko terhadap ekspor. Paket stimulus yang dijanjikan akan meningkatkan pertumbuhan PDB secara langsung sebesar 0,1 persen pada 2022 dan bahkan lebih tinggi melalui efek tidak langsung dari kepercayaan diri konsumen dan bisnis," ujar analis Bloomberg Yuki Masujima.

Laporan pada Rabu (8/12/2021) menunjukkan konsumsi swasta turun 1,3 persen dari kuartal sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan awal adalah -1,1 persen. Adapun belanja modal turun 2,3 persen, lebih baik dari perkiraan awal -3,8 persen.

Capaian itu mengkonfirmasi bahwa ekonomi Jepang telah menyusut dalam lima dari delapan kuartal terakhir.

Dana Moneter Internasional memproyeksikan tingkat pertumbuhan Jepang menjadi yang paling lambat di antara negara G7 baik pada tahun ini dan tahun depan.

Kendati kasus Covid-19 tercatat rendah, Kishida berjanji akan tetap memilih pendekatan hati-hati dalam menghadapi pandemi. Keputusannya menurutp akses masuk Jepang dari para pelancong asing telah didukung oleh masyarakat, sesuai dengan hasil survei oleh Yomiuri newspaper.

Dengan demikian, ada kemungkinan pemerintah Jepang akan kembali menerapkan pembatasan domestik jika varian baru menyebar. Namun, dikhawatirkan itu akan menggagalkan pemulihan ekonomi yang masih lemah.

Sejauh ini, para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jepang secara tahunan akan mencapai 5,4 persen pada kuartal terakhir tahun ini.

Sementara itu, Pemerintah Jepang telah menyiapkan bujet ekstra, termasuk untuk bantuan tunai. Paket stimulus yang diluncurkan pada bulan lalu diperkirakan baru bisa dieksekusi setelah mendapat persetujuan parlemen pada akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper