Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HM Sampoerna Investasi US$166,1 Juta, Ini Komentar Menko Airlangga

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa investasi yang dilakukan HM Sampoerna melalui Produk Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) Iqos-Heets diharapkan memiliki tujuan penciptaan ekonomi dan investasi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto - Youtube Sekretariat Presiden RI
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto - Youtube Sekretariat Presiden RI

Bisnis.com, JAKARTA - PT HM Sampoerna Tbk., afiliasi dari Philip Morris International, mengumumkan realisasi investasi dengan total nilai sekitar US$166,1 juta untuk pembangunan fasilitas produksi untuk produk tembakau yang dipanaskan, Iqos-Heets.

Iqos dirancang khusus untuk memanaskan tembakau dan bukan membakarnya. Dengan IQOS, tidak ada pembakaran tembakau sehingga tidak menghasilkan asap.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa investasi yang dilakukan HM Sampoerna melalui Produk Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) Iqos-Heets diharapkan memiliki tujuan penciptaan ekonomi dan investasi, sebagaimana yang telah dikemukakan sebesar US$635 juta atau Rp8,7 triliun dapat terlaksana.

Realisasi investasi nantinya akan berdampak pada banyak sektor antara lain sektor UMKM, Ritel Tradisional, Kemitraan dengan petani, Pengembangan R&D, serta Distribusi.

“Ini merupakan peresmian yang berbeda karena seperti yang kita ketahui peresmian investasi biasanya berupa ground breaking, peresmian final produk, dan ini peresmian in progress. Kita berharap realisasi agar lebih cepat kurang lebih dari satu tahun,” katanya melalui siaran pers, Selasa (30/11/2021).

Adapun, HPTL seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan merupakan hasil dari pengembangan inovasi serta teknologi telah digunakan di sejumlah negara sebagai strategi alternatif untuk membantu perokok untuk beralih ke produk tembakau yang lebih rendah risiko.

Airlangga mengatakan, dengan adanya kemitraan tersebut, diharapkan nilai tukar petani tetap terjaga.

“Indonesia telah memasuki super komoditas namun kita melihat di sektor tembakau di industri komoditas cengkeh harus tetap dijaga kemitraannya agar nilai tukar petani bisa dijaga dan hidup layak sehingga dapat mendorong sustainability industri secara keseluruhan,” katanya.

Sebagai gambaran, pemerintah mencatat kinerja industri hasil tembakau berkontribusi terhadap APBN tahun 2020 sebesar 10,11 persen.

Penerimaan cukai sepanjang tahun 2020 mencapai Rp205,68 triliun dengan proporsi terbesar Cukai Hasil Tembakau sebesar Rp170,24 triliun atau naik sebesar 3,24 persen.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencatat produksi rokok mengalami tren penurunan dari tahun 2016 hingga 2018.

Angka produksi terendah terjadi pada tahun 2018 yang tercatat sebesar 332 miliar batang. Sementara itu, pada periode Januari hingga September, industri rokok berdasarkan jenisnya pada 2021 mengalami total kenaikan produksi secara tahunan sebesar 4,3 persen atau di angka 235,9 miliar batang.

Kontribusi industri hasil tembakau terhadap ekspor memiliki nilai yang positif dimana ekspor cenderung meningkat. Namun di masa pandemi ini, kinerja ekspor industri hasil tembakau pada 2020 pun mengalami sedikit penurunan dari periode sebelumnya sebesar 3,96 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper