Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belum Sempat Bangkit, Industri Penerbangan Global Kembali Terguncang

Rentetan larangan penerbangan dari Afrika Selatan mulai diterapkan lantaran diduga menjadi tempat Omicron pertama kali terdeteksi.
Ryanair meyakini program vaksin UE akan menghapus pembatasan perjalanan UE saat ini pada saat liburan sekolah yang berlangsung dari Juni hingga September./Bloomberg
Ryanair meyakini program vaksin UE akan menghapus pembatasan perjalanan UE saat ini pada saat liburan sekolah yang berlangsung dari Juni hingga September./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Industri penerbangan global kembali terguncang setelah berita kemunculan varian baru Omicron yang diikuti larangan penerbangan yang diterapkan beberapa negara.

Dilansir Bloomberg pada Senin (29/11/2021), rentetan larangan penerbangan dari Afrika Selatan mulai diterapkan lantaran diduga menjadi tempat Omicron pertama kali terdeteksi. Langkah tersebut akan membuat perjalanan lebih mahal dan kurang nyaman.

Analis Bernstein di London, Alex Irving memperkirakan industri perjalanan diprediksi akan terdampak ketika momentum liburan keluarga setelah lama hanya bertahan di rumah.

“Pemesanan [tiket] Natal jelas akan lebih lemah dari yang kami perkirakan sebelum varian omicron. Ketika Anda menambahkan hambatan untuk bepergian seperti tes PCR dan persyaratan isolasi, yang dilakukan hanyalah mengubah insentif," ungkap Irving.

Mulai 30 November, Jepang akan melarang pelancong dari luar negeri, seperti diumumkan oleh Perdana Menteri Fumio Kishida di Tokyo pada Senin.

Inggris juga kembali menerapkan ketentuan wajib tes PCR bagi seluruh penumpang pesawat yang tiba. Setiap pendatang juga harus melakukan isolasi mandiri sampai memperoleh hasil tes negatif.

Sementara itu, Israel juga menutup akses bagi warga negara asing selama 14 hari. Filipina menyatakan bahwa pelaku perjalanan dari Eropa seperti Swiss dan Belanda tidak akan disambut dalam beberapa hari ke depan.

Singapura juga telah memutuskan untuk menunda peluncuran perjalanan bagi pelancong yang telah divaksin dengan Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.

“Ini terjadi pada saat maskapai akan berusaha untuk meningkatkan likuiditas dan profitabilitas dan setelah 18 bulan perolehan pendapatan yang sudah sulit,” kata John Strickland, Kepala JLS Consulting di London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper