Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang Luar Negeri Swasta Tumbuh Positif, Tanda-Tanda Pemulihan?

Kenaikan ULN swasta ini juga menunjukkan pemulihan dari skema finansial untuk memperbaiki kinerja swasta selama krisis akibat pandemi Covid-19.
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$423,1 miliar, atau meningkat 3,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), pada akhir kuartal III/2021.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa posisi tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 2 persen (yoy). Menurutnya, perkembangan tersebut didorong oleh peningkatan ULN sektor publik senilai US$205,5 miliar, dan sektor swasta senilai US$208,5 miliar.

Pada ULN swasta, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai peningkatan 0,2 persen secara tahunan (yoy) tersebut menandakan geliat ekonomi sektor swasta dari dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.

Sebelumnya, ULN mengalami kontraksi pada kuartal II/2021 sebesar 0,3 persen (yoy). BI mencatat pertumbuhan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan, sebesar 1,0 persen (yoy).

"Tandanya ini swasta sudah mulai menyerap sumber pendanaan dari luar. Kenapa mereka senang [menyerap dana dari] luar negeri? Karena tingkat bunganya lebih rendah dari yang ada di dalam [negeri]," jelas Tauhid kepada Bisnis, Selasa (16/11/2021).

Selain tingkat bunga, Tauhid menilai risiko nilai tukar atau perbedaan kenaikan suku bunga antar negara menjadi salah satu alasan bagi swasta untuk menggunakan pembiayaan dari ULN.

Apalagi, dengan adanya risiko normalisasi kebijakan moneter global, Tauhid menilai swasta akan lebih memilih untuk menggunakan ULN dengan mata uang asing dibandingkan dengan mata uang rupiah.

"Tetapi, kalau mereka pinjamnya dalam bentuk rupiah, dan terkonversi, otomatis utang mereka tambah besar," kata Tauhid.

Kenaikan ULN swasta ini juga, tambah Tauhid, menunjukkan pemulihan dari skema finansial untuk memperbaiki kinerja swasta selama krisis akibat pandemi Covid-19. Seiring dengan prospek pemulihan ekonomi ke depannya, Tauhid memperkirakan ULN swasta berpotensi meningkat.

"Artinya ketika pertumbuhan ekonomi naik biasanya, pemulihan naik, dan swasta juga butuh sumber pendanaan. Kredit dalam negeri saja sudah kembali bergerak naik ya. Tahun depan juga diperkirakan 5-6 persen," jelasnya.

Di sisi lain, Tauhid memperkirakan ULN pemerintah akan turun seiring dengan pemulihan ekonomi. Apalagi, target defisit semakin diperkecil agar bisa mencapai target defisit maksimal 3 persen pada 2023 mendatang.

"Mungkin jumlahnya akan relatif menurun pada tahun depan. Karena skenario defisitnya kan menurun. Bahkan 2023 diturunkan jadi 3 persen. Asumsinya dengan terjadi pemulihan, tidak dibutuhkan lagi pendanaan untuk ekspansi fiskal, sehingga kebutuhan utang semakin kecil," ucapnya.

Selain ULN pemerintah dan swasta, BI turut melaporkan posisi ULN bank sentral pada kuartal III/2021, yang mengalami peningkatan sebesar US$6,3 miliar pada kuartal II/2021. Posisi ULN bank sentral menjadi US$9,1 miliar sebab adanya alokasi Special Drawing Rights (SDR).

Pada Agustus 2021, IMF mendistribusikan tambahan alokasi SDR secara proporsional kepada seluruh negara anggota, termasuk Indonesia, yang ditujukan untuk mendukung ketahanan dan stabilitas ekonomi global dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19.

ULN Indonesia pada kuartal III/2021 lalu dinilai tetap terkendali, tercermin dari rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 37,0 persen. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan rasio pada kuartal II/2021 sebesar 37,5 persen.

Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 88,2 persen dari total ULN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper