Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang Luar Negeri RI Naik, Ekonom: Ada Indikasi Peningkatan Investasi

Ekonom menilai adanya indikasi peningkatan investasi di balik naiknya utang luar negeri (ULN) RI pada kuartal III/2021.
Foto udara Jalan Tol Trans Jawa ruas Semarang-Batang, Jawa Tengah, Kamis (27/8/2020). Bisnis/Rachman
Foto udara Jalan Tol Trans Jawa ruas Semarang-Batang, Jawa Tengah, Kamis (27/8/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$423,1 miliar atau naik 3,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), pada akhir kuartal III/2021. Benarkah mengindikasikan peningkatan investasi?

BI mencatat posisi tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 2 persen. Menurutnya, perkembangan tersebut disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan ULN sektor publik senilai US$205,5 miliar, dan utang sektor swasta senilai US$208,5 miliar. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan tingginya ULN swasta menandakan adanya peningkatan kegiatan penanaman modal, khususnya pada sektor pertambangan.

"[Kenaikan ULN swasta] bisa menunjukkan adanya peningkatan kegiatan investasi terutama pada sektor pertambangan didukung oleh permintaan global yang tinggi sehingga menaikan harga," jelas Faisal kepada Bisnis, Selasa (16/11/2021).

Kondisi tersebut, kata Faisal, menyebabkan banyak perusahaan yang menarik pinjaman luar negeri untuk melakukan pembiayaan investasi tersebut.

Selain penarikan pinjaman luar negeri, tambahnya, pembiayaan investasi dilakukan perusahaan melalui penerbitan obligasi korporasi global atau global corporate bond.

BI mencatat ULN swasta pada kuartal III/2021 tumbuh sebesar 0,2 persen secara tahunan (yoy), setelah pada periode sebelumnya mengalami kontraksi 0,3 persen secara tahunan (yoy).

Pertumbuhan ULN swasta tersebut disebabkan oleh pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan sebesar 1,0 persen secara tahunan (yoy), sedangkan pertumbuhan ULN lembaga keuangan mengalami kontraksi sebesar 2,7 persen (yoy).

Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa mencapai 76,4 persen dari total ULN swasta.

Ke depannya, Faisal melihat akan ada hambatan bagi swasta jika ingin melakukan pembiayaan melalui ULN. Hambatan tersebut datang dari normalisasi kebijakan moneter global.

"Ada hambatannya karena suku bunga tren-nya akan naik seiring dengan normalisasi kebijakan moneter global. Jadi cost pembiayaan ke depan akan naik," ujarnya.

Selain utang swasta, BI turut melaporkan posisi ULM pemerintah yang tercatat sebesar US$205,5 miliar atau tumbuh 4,1 persen (yoy), pada Oktober 2021. Perkembangan tersebut disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman seiring lebih tingginya pinjaman yang jatuh tempo dibanding penarikan pinjaman.

Di samping itu, posisi ULN Bank Sentral pada kuartal III/2021 mengalami peningkatan sebesar US$6,3 miliar pada kuartal II/2021 menjadi US$9,1 miliar terutama dalam bentuk alokasi Special Drawing Rights (SDR).

Pada Agustus 2021, IMF mendistribusikan tambahan alokasi SDR secara proporsional kepada seluruh negara anggota, termasuk Indonesia, yang ditujukan untuk mendukung ketahanan dan stabilitas ekonomi global dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper