Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk. Hilmi Panigoro berharap pemerintah mengeluarkan regulasi mengenai sistem tarif yang menarik untuk pengembangan energi baru dan terbarukan, karena masih membutuhkan nilai investasi besar.
Hilmi menuturkan, energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia masih memiliki peluang yang besar. Sayangnya, pengembangan EBT di dalam negeri hingga kini masih belum ekonomis.
Pasalnya, modal yang diperlukan untuk pengembangan masih jauh lebih besar jika dibandingkan dengan sumber energi konvensional.
Dia menjelaskan, anggaran belanja modal yang diperlukan untuk pengembangan panas bumi masih pada kisaran US$5 juta, sedangkan untuk pengembangan gas hanya membutuhkan US$700.000.
“Diperlukan sistem tarif yang lebih smart. Misalnya 5 tahun pertama pengembaliannya besar sampai capex kembali, setelah itu bisa berkurang. Hal itu diperlukan untuk meningkatkan investasi di EBT,” katanya dalam webinar yang digelar pada Rabu (10/11/2021).
Hilmi menuturkan bahwa dalam portofolio bisnisnya, penyediaan listrik bersih dan terbarukan menjadi salah satu fokus yang tengah dikembangkan.
Baca Juga
Sejumlah proyek EBT pun tengah digarap oleh Medco, mulai dari pembangkit listrik tenaga surya hingga panas bumi.
Emiten berkode saham MEDC itu tengah mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi Ijen dengan kapasitas 100 megawatt (MW), PLTS di Sumbawa 26 MW peak, dan Bali 2x25 MWp, serta proyek PLTS Pulau Bulan yang diimpor ke Singapura.
“Dengan platform Medco Power, kami akan membangun portofolio EBT,” jelasnya.